Ibu
Ibu,
Bolehkah aku merayu?
Aku berbaring di pangkuanmu
Mengadu tentang hari-hari lelahku
Tentang kerasnya dunia
Yang tak seteduh kasihmu.
Ibu,
Belailah rambutku
Usaplah dahiku
Aku ingin membasahi pangkuanmu
Dengan air mataku
Dengan keringat dinginku
Dan ninabobokan aku
Bacakan kisah-kisah tentang indahnya surga
Hingga aku terlelap.
Ibu,
Hampir setiap hari aku bertemu gadis kecil
Dengan genggaman erat bersama ibu hendak pergi ke sekolah.
Terlintas sejenak di dalam ketidaktahuanku, bu.
“Kau beruntung, nak”
Ibu,
Aku pernah melewati masa-masa itu
Masa dimana aku beralih di balik badanmu dengan tersipu malu
Saat awal pertama berjumpa dengan teman-teman kelasku.
Tapi bu, itu bukan aku, bukan bu.
Bolehkah aku berangan-angan belaian mesra di pangkuanmu.
Baca Juga:
- 5 Puisi Cinta Paling Menggairahkan Karya Rendra buat Sunarti
- Merinding, Ini Puisi-Puisi Kematian Karya Penyair Indonesia
- Enam Puisi Natal Penebar Damai di Bumi
Simak di sini: Puisi Indonesia
Robiatul Adawiyah, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jakarta Timur. Penyuki kopi tanpa gula, puisi dan prosa.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]