Opini

Hubungan Islam dan Barat Sudah Selesai, Indonesia Mau Kemana?

Hubungan Islam dan Barat Sudah Selesai, Indonesia Mau Kemana?
Hubungan Islam dan Barat Sudah Selesai, Indonesia Mau Kemana?/Foto: Vox

Hubungan Islam dan Barat Sudah Selesai, Indonesia Mau Kemana?

Suatu Refleksi Kebijakan Politik-Ekonomi Indonesia
Justru poros Timur lah yang masih tidak menunjukkan persahabatan dengan dunia Islam. Di negara nya sendiri umat Islam dicekcoki di kamp konsentrasi. Dan Barat jelas-jelas mengecam hal ini.
Oleh: Ibnu Utama

Di zaman ini kita memasuki era baru. Fenomena Wabah Covid hanyalah salah satu pendukung di era baru ini. Kejadian-kejadian sebelumnya seperti penembakan di New Zealand 2019 sudah sangat jelas bagaimana Barat bersikap kepada Islam. Kita sudah damai, sudah selesai, jangan ada dendam yang berkelanjutan lagi. US baru-baru ini jelas-jelas menarik pasukannya di Saudi. Artinya apa? Artinya negara seperti Mesir (dan negara lainnya) bisa dengan bebas melanjutkan demokrasi untuk menjatuhkan rezim-rezim otoriter seperti As-Sisi. Jelas-jelas juga CNN menggelar doa bersama secara Islam pada hari Minggu siang. Dan jelas sekali para demonstran “Floyd” melindungi umat Islam untuk shalat berjamaah di jalanan. Ini era perdamaian Barat dan Islam.

Baca Juga:  UKW Gate Tak Tersentuh Media Nasional

Justru poros Timur lah yang masih tidak menunjukkan persahabatan dengan dunia Islam. Di negara nya sendiri umat Islam dicekcoki di kamp konsentrasi. Dan Barat jelas-jelas mengecam hal ini.

Insya Allah thesis saya adalah, bahwa ke depan ini tidak akan ada lagi isu-isu terorisme. Kalaupun ada bukan lagi yang bersifat massif dan sistemik, tapi hanya riak-riak kecil para individu yang menganut psikopat.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sekali lagi kita gagap mensikapi hal ini. Ini disebabkan kesalahan kita dalam memilih pertemanan. Pemerintah saat ini mengandalkan dana investasi murah (tapi mahal) yang hampir pasti tidak akan berlanjut. Jelas-jelas tidak ada “ketulusan” dalam investasi-investasi tersebut.

Solusinya, kita harus re-orientasi ulang “pertemanan” kita. Kita tahu Barat juga kepentingan tertentu untuk berteman dengan kita, tapi kepentingan-kepentingan tersebut adalah adalah kepentingan yang terukur. Kita tahu ayam goreng yang paling laku adalah merk Barat di Indonesia ini. Tapi mereka bekerja dengan sangat elegan, komponen utama ayam hidupnya tetap dari Indonesia. Cukup bumbu, alat masak,  dan brand saja yang harus kita bayar.

Baca Juga:  Apakah Orban Benar tentang Kegagalan UE yang Tiada Henti?

Artinya ini semua pulang berbalik kepada kita,  bagaimana kita bisa menegosiasikan kepentingan-kepentingan yang terukur, bukan kepentingan yang culas tanpa memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan. Dan tentu saja harus dilandasi moral yang tidak “masuk angin” untuk kepentingan pribadi dan golongan.

Sudah saatnya kita mendefinisikan kembali siapa teman kita yang tulus dan terbuka dengan kepentingan-kepentingannya, dengan tidak mengorbankan kepentingan-kepentingan nasional kita. []

Penulis: Ibnu Utama

Related Posts

1 of 3,049