Mancanegara

Houthi Melancarkan Dua Serangan Yang Mengancam Eksistensi Saudi

Houthi Melancarkan Dua Serangan Yang Mengancam Eksistensi Saudi
Houthi Melancarkan Dua Serangan Yang Mengancam Eksistensi Saudi/Foto: Houthi Video

NUSANTARANEWS.COHouthi melancarkan dua serangan yang mengancam eksitensi kerajaan Arab Saudi. Serangan rudal yang menghancurkan setengah lebih dari fasilitas kapasitas produksi kilang minyak terbesar Arab Saudi tidak hanya menandai babak baru eskalasi di kawasan Teluk Persia, tetapi juga telah mempertontonkan keterbatasan kemampuan pertahanan udara Arab Saudi. Padahal dalam beberapa tahun belakangan Arab Saudi telah menjadi negara dengan anggaran militer terbesar ketiga di dunia yang mencapai US$ 82,9 miliar.

Bahkan miliaran dolar telah dkucurkan untuk membangun enam batalion pertahanan rudal darat-ke-udara Patriot buatan Amerika Serikat (AS) termasuk perangkat radar dan pendukung lainnya yang canggih dan mahal – tapi tampaknya tidak cukup mampu untuk melindungi objek infrastruktur utama.

Pihak Houthi sendiri mengatakan bahwa serangan terhadap kilang minyak Abqaiq dan Khurais pada 14 September dilakukan oleh 16 pesawat tak berawak Qasef-3 dan Samad-3 yang dikombinasikan dengan tujuh rudal jelajah yang diluncurkan dari tiga posisi berbeda. Pejuang Houthi menyebut serangan itu sebagai respon terhadap agresi pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap Yaman dan sekaligus sebagai peringatan bahwa akan ada lebih banyak lagi serangan.

Baca Juga:  Drone AS Tidak Berguna di Ukraina

Serangan yang menghancurkan infrastruktur ekonomi dalam skala besar ini oleh para pejuang Houthi, boleh jadi merupakan turning point dalam politik regional, bahkan mungkin berdampak lebih besar dari yang kita sadari.

Aliansi AS, Israel dan Arab Saudi yang terkejut dengan serangan Houthi, mereka langsung mengalihkan kesalahan ke Iran sebagai pihak yang bertanggung jawab dan berusaha menafikkan kemampuan militer Houthi yang faktanya semakin meningkat kemampuannya. Arab Saudi dan AS mengklaim bahwa serangan itu bukan berasal dari Yaman, tapi dilakukan oleh drone dan rudal jelajah buatan Iran.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo langsung membela reputasi sistem pertahanan rudal Patriot dengan mengatakan bahwa, “Sistem pertahanan udara di seluruh dunia memiliki keberhasilan yang beragam. Beberapa yang terbaik di dunia tidak selalu berhasil,” kata Pompeo saat berkunjung ke Arab Saudi.

Pada kenyataannya, ini bukanlah yang pertama menjadi kegagalan rudal Patriot Arab Saudi mencegat serangan rudal Houthi. Seperti diketahui, para pejuang Houthi telah melakukan puluhan serangan drone dan rudal ke Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir seperti: bandara, kamp militer, infrastruktur minyak dan bahkan ibukota Saudi, Riyadh. Meski berhasil diintersep oleh pertahanan udara Saudi, namun tidak dapat digambarkan sebagai tingkat keberhasilan yang gemilang. Bahkan beberapa insiden rudal Patriot yang gagal, tidak berfungsi, atau bahkan kembali dan meledak di dekat area peluncuran telah merusak kredibilitas pertahanan udara Saudi dan batalyon Patriot mereka. Seperti insiden 25 Maret 2015, di mana sedikitnya 5 rudal Patriot meleset, tidak berfungsi, atau meledak di udara ketika berupaya mencegat serangan rudal-rudal Houthi.

Baca Juga:  Rusia Menyambut Kesuksesan Luar Angkasa India yang Luar Biasa

Kegagalan sistem rudal Patriot yang berulang-ulang dalam pertahanan Arab Saudi pada gilirannya telah menjadi “gosip panas” masyarakat global. Tidak mengherankan bila baru-baru ini Arab Saudi ingin membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia.

Kelemahan sistem utama pertahanan udara Arab Saudi yang begitu mudah ditembus oleh drone dan rudal Houthi mungkin karena tidak memiliki pertahanan berlapis seperti Israel yang mencakup sistem pertahanan jarak jauh, menengah dan pendek, yang dikombinasikan dengan sistem peperangan elektronik sehingga mampu mendeteksi kombinasi serangan seperti yang dilakukan oleh Houthi.

Di Suriah, Rusia memasangkan S-400 dan S-300 jarak jauh dengan sistem Pantsir dan Tor jarak pendek hingga menengah yang dirancang untuk membidik target yang lebih kecil pada jarak dekat. Dan terbukti dalam beberapa tahun terakhir sistem pertahanan Rusia di pangkalan udara Hmeimim, Suriah, sangat ampuh menetralisir serangan drone dan rudal yang menyerang pangkalan.

Angkatan Bersenjata Suriah sendiri, meski sebagian besar masih menggunakan persenjataan buatan Uni Soviet, namun pertahanan udaranya menunjukkan efektifitas yang sangat tinggi bagi sebuah negara yang dilanda peperangan selama hampir satu dekade.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

Bagi Arab Saudi penyelesaian perang di Yaman menjadi adalah kunci utama untuk eksistensi kerajaan dalam waktu dekat. Betapa tidak bila para pejuang Houthi meningkatkan serangan dan menciptakan pemberontakan di seluruh negeri, tidak banyak yang akan dapat dilakukan oleh AS untuk menentangnya.

Apalagi kabar trakhir serangan Houti yang mengklaim telah membunuh 500 tentara Arab Saudi, dan menangkap 2000 lainnya serta menyita konvoi kendaraan militer Saudi dalam sebuah serangan besar yang terjadi selama tiga hari terakhir di wilayah Najran selatan Arab Saudi, yang berbatasan langsung dengan Yaman.

Dalam sebuah konferensi pers pada hari Minggu, Pejuang Houthi memperlihatkan foto-foto dan video yang menayangkan banyak tentara yang ditangkap. Gambar juga memperlihatkan kendaraan lapis baja yang terbalik dan konvoi yang ditahan.

Serangan-serangan itu, jika diverifikasi, akan menjadi kemenangan besar bagi Houthi, dan sebaliknya menjadi pukulan telak beruntun yang memalukan yang pada gilirannya dapat saja menjadi ancaman serius terhadap eksistensi kerajaan Arab Saudi. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,051