Budaya / SeniPuisi

Hidupku Sederhana dan Kau Adalah Roh dalam Tubuh Puisi

Madah Pecinta. (FOTO: The BAS Library)
Madah Pecinta. (FOTO: The BAS Library)

Puisi M. Ramli Sa’ed*

KAU ADALAH ROH DALAM TUBUH PUISI

Sebelumnya perlu kuingatkan, bahwa hal terindah di antara kita hanya terjadi di alam bawah sadar kita. Tak perlu aku menyebut namamu disini. Sebab aku yakin jika kau yang membacanya, kau akan dengan mudah mengenalinya. Disini akan aku ceritakan bagaimana caraku menyadari rasa yang ada dalam hati. Rasa yang tak pernah aku akui sebagai rasa yang semestinya. Dan sekarang aku ulang kembali sebagai kata maafku kepadamu, kepada diriku sendiri, dan juga kepada Tuhan alam semesta.

Perihal hati yang sebenarnya masih utuh milikmu. Aku baru menyadari hal itu bahwa sebenarnya hati belum pernah dimiliki sepenuhnya oleh orang lain setelahmu. Sebab, dalam sajak-sajakku yang aku baca ulang hanya ramai dengan namamu. Sepertinya aku sudah lupa bagaimana cara aku kembali seperti dulu. Kembali sepenuhnya menjadi diri sendiri seperti sebelum mengenalmu. Dimana disitu aku bisa bebas menulis apa saja yang aku mau.

Berada di titik ini membuatku tak bisa menyempurnakan tulisan dengan beragam cerita. Ketika kucoba berimajinasi selain tentangmu, disitu kau selalu ada untuk mematahkan. Kau selalu datang menawarkan diri untuk kuceritakan pada semesta. Dari hari, bulan, tahun dan bahkan sampai saat ini ceritaku masih tentangmu, entah dengan hari selanjutnya, aku tak berani lagi memutuskan bahwa aku akan melupakanmu. Seingatku tak pernah berusaha mengingatmu ketika  aku sedang menulis. Kau datang dengan sendirinya tanpa kuingat, seakan-akan kau tak rela jika aku tulis salain tentangmu. Dan aku merasa kau seperti tak ingin benar-benar pergi dariku. Atau malah aku sendiri yang sebenarnya tak ingin pergi dari rasa ini? Entahlah, aku pun tak mengerti. Sebab yang aku tahu, aku telah lama melupakanmu, dan sedikit pun sudah tak merasa lagi mencintaimu, apalagi mengharapkanmu untuk kembali. Namun hal itu ternyata tak juga terjadi di alam bawah sadarku. Tanpa kusadari, ternyata hati ini masih sepenuhnya milikmu.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Tangerang, 6 Juli 2018

 

HIDUPKU SEDERHANA

Kamu tahu gak, kalau aku selalu tersenyum bahagia setiap kali selesai menulis kisah kita dulu. Aku selalu tersenyum sendiri ketika kenyataan yang ada aku paksa untuk selalu menjadi sebuah cerita belaka. Aku sendiri tidak tahu mengapa sampai sebahagia itu. Menulis tentangmu selalu membuatku lupa pada waktu, lupa pada kebiasaan lain yang biasa aku lakukan sebelumnya. Tak hanya itu, aku juga sering marah sama teman-temanku yang kadang telfon saat aku lagi asik-asiknya menulis kisah kita. Aku seperti seseorang yang sudah tidak butuh siapa-siapa lagi, kecuali diriku sendiri dan kisah tentang kita. Kalau aku sadar akan diriku, aku merasa sudah tak seperti manusia pada umumnya, dimana setiap insan selalu saling membutuhkan satu sama lain. Entahlah, apa ini yang disebut sakit jiwa, atau apa sejenisnya?

Aku tak peduli orang berkata apa tentangku. Aku hanya berharap suatu hari nanti kamu membaca catatan ini, mengerti dan memahami prihal apa yang ada di dalamnya, supaya kamu tahu,  betapa sederhana hidupku menjalani hidup dengan kisah saja mampu tertawa bahagia. Mampu memberi makna pada sebuah kehidupan yang begitu adanya. Aku sudah cukup bahagia melihat matamu yang tak pandai berdusta. Aku sudah cukup bahagia pada  empat mata yang saling mengadu rasa.

Aku masih ingat, dulu kala aku ingin mengajakmu berbicara berdua. Aku selalu ingin bercerita tentang rasa yang ada diantara kita. Namun kau selalu menolak tanpa alasan. Mengapa kau begitu takut untuk berdua denganku saat itu? Padahal yang aku tahu,  kau juga mencintaiku seperti halnya aku mencintaimu. Sampai detik ini aku masih belum tahu apa yang kau sembunyikan dariku. Sebab dirimu yang tak pernah mau menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Berkali-kali aku harus menjadi orang yang selalu memaksa ketika ingin berbicara empat mata denganmu. Cara itu aku lakukan setiap kali aku ingin menyampaikan sesuatu padamu. Aku tak pernah malu melakukannya, karena aku tahu, kau juga harus selalu memaksakan diri untuk selalu bisa menolak kata hatimu yang sebenarnya juga sangat ingin ngobrol berdua denganku. Aku sangat memahami itu, ketika kamu seperti tak rela jika aku kecewa akan sikapmu terhadapku. Aku kembali ingatkan padamu, aku akan tetap disini bersama rasa yang telah aku benamkan dalam jiwa. Karena bagaimapun caranya, aku takkan pernah lagi menemukan rasa yang sama dalam hidup ini.Maafkan aku, jika dengan adanya tulisan ini membuatmu berkali-kali harus mengingatku lagi.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Tangerang, 20 Juni 2018

 

AKU MASIH DISINI

Aku masih di sini, di antara rindu dan sunyi, semua nyaris sempurna jadi perih. Dulu, mungkin kamu menyebutku sebagai seseorang yang selalu lari dari sebuah kenyataan, seseorang yang lebih suka menyebut rindu dengan benci. Kamu tidak salah,  memang begitu adanya. Namun untuk saat ini, jika kamu masih menganggapku sama, itu kesalahan besar yang baru aku temui dalam dirimu. Seharusnya kau tak perlu lagi menafsirku sebagai apapun, sebab kebersamaan yang sudah tiada. Entah ini kabar baik atau malah kabar buruk untukmu. Tapi aku ingin kau tetap tahu, bahwa saat ini aku sudah memulai hidup yang baru. Bukan menjalin hubungan dengan orang lain, juga bukan berarti sudah melupakanmu. Disini aku mencoba membuang segala ke egoisan yang ada dalam diri, sesuatu yang aku jaga sepenuh hati dulu. Sesuatu yang selalu membuatku tak pernah mau menikmati adanya rasa. Sesuatu yang selalu memaksa untuk selalu membuang rasa yang hadir dalam hati ini. Prinsip itu yang membuat aku buta pada rasa, prinsip itu yang membuat aku tuli suara hati, namun prinsip itu juga yang membuatku tangguh  dari serangan luka. Aku merancangnya memang untuk menangkal luka. Itu alasan mengapa dulu aku mempertahankannya sepenuh hati. Sebab aku sangat tak ingin terluka karena cinta. Aku trauma, sebab pernah sendiri membawa luka kemana-mana.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Hai kamu, iya kamu, siapa lagi? Tanpa kehangatan dari tubuhmu aku memulai hidup yang baru disini, semua itu aku awali dari kisah dimana pertama kali aku menyukaimu: Di halaman sekolah saat kita sedang  senam bersama. Akan aku tulis semua kisah kita dalam buku ini. Akan aku ulang kembali dalam sebuah imajinasi. Mungkin ada kisah yang aku lupa, karena aku juga manusia yang punya sifat pelupa. Akan aku usahakan sampai dimana ingatanku mampu menggali kisah dan rasa yang pernah terkubur itu. Aku tak dapat membayangkan, seberapa bahagianya nanti jika aku benar-benar berhasil mengulangnya lagi, meski dalam imaji. Disini aku hanya ingin belajar menyadari dan menghargai hal-hal baru yang datang menyapaku. Doakan saja, semoga aku dapat menikmati walau tidak sesempurna seperti yang semestinya aku dapatkan ketika masih bersamamu. Sungguh tak ingin menyudahi sebelum dapat menikmati apa yang seharusnya aku bisa nikmati.

Tangerang, 21 Juni 2018

M Ramli Sa’ed adalah nama pena dari Moh. Romli, lahir di Bicabi Dungkek Sumenep Madura 12 Januari 1995, bergiat di Sastra Gubuk Reot Dungkek Pesisir Sumenep. Ia seorang remaja yang ingin mengelilingi dunia dengan Sastra. Dan saat ini ia sedang menebus Takdirnya di Jakarta. Kumpulan Puisi Terbarunya: MISTERI CINTA PERTAMA (2018). Karya-karyanya dimuat di sejumlah media cetak/daring diantaranya: Haluan, Medan Bisnis, Riau Realita, NusantaraNews.co, Go Cakrawala, Buana Kata, Satelit Post, Radar Banyuwangi, Linifiksi, Padang Ekspres, Malang Post dan Kabar Madura. Karyanya juga pernah dibukukan bersama di FAM INDONESIA.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,223