Judul Buku : Seribu Masjid Satu Jumlahnya
Penulis : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : Mizan
Cetakan : I, Mei 2016
Tebal : 196 Halaman
ISBN : 978-979-433-923-7
Peresensi: M Ivan Aulia Rokhman*
NUSANTARANEWS.CO – Melalui tasawuf tentu manusia akan merasakan hati yang lembut dan tenang di setiap puisi-puisi yang indah. Kebanyakan orang yang mengalami jiwa yang tak menentu juga mendatangkan bencana dari seseorang, bahkan mengikuti ajaran yang tidak benar. Selebihnya jangan mengikuti mantra yang diajarkan secara kurang positif. Jika salah menggunakan maka sia-sia memusnahkan nyawa oleh manusia. Inilah mengapa semua orang ingin membasmikan diri melalui renungan tuhan yang di dengarkan pada tengah malam.
Melalui kumpulan puisi tasawuf mengajak para pembaca untuk merenungkan sejenak dan menggunakan pikiran yang akan direkam sesuai apa yang telah diajarkan sejak dini. Puisi ini ditulis secara filosofis dan mendatangkan keagungan kepada tuhan yang maha esa.
Setidaknya ada beberapa puisi yang berisi tentang gambaran kehidupan secara murni dan meneteskan sebuah keajaiban yang pernah dimiliki. Selain renungan kita juga mendoakan melalui pujian yang dilantunkan supaya situasi ini dengan tenang dan membawakan pencerahan bagi kita. Tujuan sebenarnya mengkaji puisi tasawuf untuk mengerti dan mengolah tata cara pembangkit rasa ketidakpercayaan menjadi iman yang kuat untuk mengontribusi kebaikan sesuai ajaran Alquran dan Sunnah.
Mungkin ada dua puisi pilihan yang menarik adalah tentang hujan dan tuhan yang maha esa. Puisi hujan menggambarkan tentang lingkungan desa dan kota yang pernah mengalami kekeringan yang hampir melanda tanah ini. Bahkan warga sudah resah terhadap krisis air bersih. Ia rela melangkahkan kaki untuk sampai ke sana untuk mengambil air untuk memenuhi kebutuhan tak seperti pada umumnya.
Sedangkan puisi tuhan yang maha esa menggambarkan bagaimana seseorang mematuh pada tuhan terutama lingkungan Islam. Beberapa pedoman yang diajarkan oleh tuhan tentu memiliki jiwa spirit dan menggerakan perubahan yang membentengi secara damai, makmur, dan sentosa. Islam itu agama yang benar tapi tetap menjunjung tinggi pada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Almuhammadi berkisah tentang hujan / untuk menggambarkan makna sembahyang / cahaya menaburi lautan / air menguap menjadi awan // ganti berganti sesudah terik / bumi pun gerimis / panjangnya kemarau membuatmu memekik / ketika hujan tak henti engkau pun nangis // sumber hujan ialah penyinaran / makna sembahyang ialah pencahayaan / kalau sehabis sujud tak bercahaya hidupmu / berlumlah menyembah yang kau lakukan itu (Hal 73).
Puisi hujan tersebut benar secara filosofis menandakan hujan untuk mengalir makna sembahyang. Beberapa orang yang menggunakan metode untuk mendatangkan turun hujan sudah menjadi tradisi para suku dan leluhurnya. Kini zaman sekarang cara sudah tak lagi diterapkan melainkan melontarkan air laut dikonversi ke awan, seketika hujan akan segera turun. Selain beberapa makna tersebut hujan juga membawa berkah dan mendatangkan sumber air bersih yang bisa sebagai kebutuhan seseorang. Jadi hujan bisa bermacam-macam kreasi kehidupan.
Almuhammadi selalu membantah / tauhid bukanlah mengesakan allah / sebab sungguh di luar pengaruh manusia allah esa karena dirinya semata // tauhid bukan pula mengakui keesaan-nya / sebab ia mahasuci dan maha memelihara diri dari setiap pengakuan / maupun segala pengingkaran // tauhid ialah menomorsatukan allah utama dalam bernapas dan bekerja // allah utama dalam tidur dan jaga lainnya nomor dua // bagaimana mungkin tauhid iala mensatukannya // kalau allah mustahil lebih dari tunggal adanya / tauhid ialah menggerakan diri / kepada yang allah kehendaki // muwahhid tak bersedih oleh dunia / tak takut dan tak menjual diri ke alam maya / tauhid ialah menyesuaikan gerak dan tujuan / kepada qudrah dan iradah tuhan (Hal 71-72).
Puisi Esa menggambarkan bagaimana allah sebagai keesaannya. Allah senantiasa menciptakan langit dan bumi terhadap sisinya. Bahkan penciptaan oleh nur atau cahaya. Jika mendirikan ibadah dengan menatap dan menggerak pasti melindungi oleh Allah. Selain itu ajaran tauhid dilakukan dengan tekad diri senantiasa memiliki keyakinan yang bisa mengoptimalkan iman dan taqwa. Ada beberapa orang yang beragama non Islam belajar bermualaf untuk membangun pondasi akhlaq dan saling berinteraksi pada Allah untuk menghormati baginda. Jadi hujan dan esa sebagai panutan setia dalam keberagaman diksi dan makna secara luas secara kemaslahatan.
*M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Karyanya dimuat di koran lokal dan Nasional. Saat ini menjabat sebagai Devisi Kaderisasi di FLP Surabaya, dan UKKI Unitomo. Saya penikmat buku sastra, dan keagamaan. Seorang Penulis ditengah Berkebutuhan Khusus.