Resensi

Hidayah Sepi Mengarungi Renungan Malam

NUSANTARANEWS.CO – Renungan Malam tak luput memotivasi kehidupan diri sendiri, melainkan dibangun evaluasi mungkin selama ini terjadi dalam pekerjaanmu. Seolah-olah dari pagi hingga malam membebani tugas oleh diri untuk mencoba tantangan tersendiri terhadap setiap apa yang telah dikerjakan oleh manusia.

Jangan mengira keluhan sebagai penentu suatu masalah tetapi bisa diberikan solusi terbaik biar nanti bisa diperbaiki diri di esok hari. Makanya renungan terus terjaga dan selalu melakukan ibadah yang maksimal.

Melalui buku ini merangkap dari setiap puisi yang ditunjukkan sebagai menambah inspirasi demi menghibur di malam begitu berkah. Sebenarnya dunialah yang makin kita jauhi dan liang kuburlah yang makin kita dekati. Maka Menggaris Sepi tersebut bagaikan renungan malam diisi dengan menguji emosi terhadap wajah manusia untuk terus beramal kebaikan. Tidak hanya sepi pada malam hari tetap tetap mengistiqamah dalam membuahkan kebaikan.

Melalui kumpulan puisi ini disampaikan untuk mencerahkan pedoman hati dan menekukkan iman yang telah diraih pada masa yang akan datang. Berdasarkan pengamatan saya puisi ini dipersembahkan untuk Ibu yang telah dicintai dan diamalkan setiap kebaikan yang dimilikinya. Etika juga merujuk batin dan peragaan suatu ajaran yang telah diberikan akan bermanfaat. Ada beberapa arti dari bait-bait puisi ini senantiasa mendapatkan ujian bagi setiap orang.

Kau terlalu sibuk berbaris / puluhan pasukan kau siapkan / Nampan dan permadani klimis / Demi kedatangan Raja Salman (hal 94).

Puisi dibuka dengan berjudul Kau Terlalu Sibuk mengisahkan tentang tiap orang punya kesibukan yang berbeda-beda. Secara harfiah kesibukan masing-masing memiliki beban tugas yang harus diselesaikan. Di sekolah juga begitu pun menuntut ilmu tak cukup tetapi melalui tugas harian akan menguji wawasan para peserta didik. Bekerja untuk menafkahi keluarga juga perlu. Tidak mungkin sehari kerja sehari tidak, terus menerus akan menghasilkan lembar uang secukupnya untuk memenuhi kebutuhan. Semaksimal sibuk apa pun tetap dikerjakan tanpa menunda-nunda. Jangan menumpuk bila dilakukan penundaan maka menghambat hidupmu.

Dengan temaram lampu malam / ku lengkapi pahamku / ku habiskan sisi usiaku (hal 75).

Puisi Ku Habiskan tatkala merenungi malam penuh kesepian yang mendalam. Lengkapi hari yang telah dijalani sehari lalu dituntaskan lagi hingga esok. Semata-mata kerja tidak ada kata libur kecuali bila hendak meninggal dunia. Target hidup tentu mengubah cobaan yang makin disempurnakan tanpa menindaskan waktu digunakan berfoya-foya. Kekayaan bukan bagian kesombongan tetapi kekayaan membagikan sedekah. Sepi jangan meramaikan suasana tetapi juga mengosongkan pikiran sebaik mungkin. Jangan menanam dendam, ambillah kebaikan.

Wahai kunang-kunang / tunjukkan cahaya mana yang lebih benderang / perihal menyanjungmu, aku perlu gelap malam (hal 117).

Puisi Pada Suatu Malam sengaja diartikan memanfaatkan cahaya bersinar melalui sebuah ajaran nabi. Sebelum malam disucikan diri melalui air wudhu dan melaksanakan shalat qiyamul lail menjadi pelengkap ibadah sunnah pada dini hari. Tujuannya tetap maksimal mengawali hari terlalu siap untuk menggerak perubahan. Jangan sampai bangun kesiangan akibat efek begadang. Sebab waktu malam adalah waktu istirahat bagi manusia. Kecuali memadati deadline juga tidak masalah. Intinya malam memperbanyak doa dan melaksanakan tuntutan nabi.

Jika di sana ada air mata / Ada tangis ada luka ada jerit / Di sini sakit di dalam tak dirasa / Di dekat kita topeng terpasang rapi / Esoknya ditemui terpasung gengsi (hal 111).

Terakhir puisi Jangan Lupakan merupakan kejadian yang luar biasa dibalik kisah dan kehidupan sehari-hari. Mencintai orang tua selepas anak bekerja menuai harapan anak lebih berbakti daripada ditinggal tanpa sekadar tujuan. Sukses hidupmu dari sekarang.

Judul Buku : Menggaris Sepi
Penulis : Ihdina Sabili
Penerbit : Sahaja
Cetakan : I, Januari 2018
Tebal : viii + 184 Halaman
ISBN : 978-602-51039-1-9
Peresensi : M Ivan Aulia Rokhman*

*M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa, dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya.

Related Posts

1 of 6