NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pemilihan Presiden 2019 relatif masih lama, tetapi sejumlah lembaga survei nasional telah merilis hasil surveinya terkait tingkat keterpilihan calon presiden.
Sejauh ini, dari beberapa lembaga survei nasional, untuk calon presiden masih menempatkan Joko Widodo dan Prabowo Subianto sebagai kandidat terkuat. Keduanya diketahui sempat bersaing sengit pada Pilpres 2014 lalu, di mana Joko Widodo berhasil mengklaim kemenangan.
Adapun beberapa hasil survei yang telah dirilis di antaranya Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Saiful Mujani Research Consulting (SMRC), Indonesia Development Monitoring (IDM), Media Survei Nasional (Median), Poltracking Indonesia, Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) dan Indo Barometer.
Dari ketujuh survei tersebut, terhitung hanya LSI dan IDM yang menempatkan keterpilihan Prabowo Subianto di posisi teratas.
Melibatkan 2.450 responden dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error -/+ 1.98%, IDM menemukan tingkat keterpilihan Prabowo sebesar 40,2 persen dibanding Jokowi hanya 26,4 persen. IDM menilai, masyarakat lebih percaya Prabowo ketimbang Jokowi. Prabowo dinilai sosok negarawan yang terlihat dari sikap-sikapnya selama ini.
Dalam surveinya, IDM mengajukan pertanyaan ‘Siapakah tokoh yang akan dipilih sebagai Presiden RI jika pemilihan Presiden digelar hari ini dengan mendasarkan pada kinerja pemerintahan Joko Widodo-JK dan keadaan ekonomi anda?’.
Survei LSI yang dilakukan 22 – 29 September 2017 juga menunjukkan hasil serupa. Melalui simulasi head to head antara Prabowo dan Jokowi, nama pertama meraup 53,2 persen suara dibandingkan Jokowi yang hanya 41,6 persen. Survei LSI ini melibatkan 440 responden dengan menggunakan metode multistage random sampling.
Pada Oktober 2017, Media Survei Nasional (Median) merilis hasil survei bertema Pilpres 2019. Median menempatkan elektabilitas Jokowi di atas Prabowo; Jokowi 36,2 persen, Prabowo 23,2 persen. Survei Median dilakukan 14-22 September 2017 dengan jumlah sampel 1.000 responden. Survei ini juga menggunakan metode multistage random sampling, dan margin of error +/-3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Selanjutnya hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Lagi-lagi nama Jokowi ditempatkan di posisi teratas dengan tingkat elektabilitas sebesar 38,9 persen dan Prabowo 12 persen. Hasil survei ini terbilang agak tak masuk akal memang karena selisih perolehan elektabilitas terlalu jauh dan menohok. Bahkan, tingkat keterpilihan Jokowi di survei SMRC ini mencapai angka 57 persen. Sedangkan pada Pilpres 2014 lalu, Jokowi-JK hanya mampu meraup 53,15 persen dan Prabowo-Hatta Rajasa 46,85 persen.
Kemudian, survei Poltracking Indonesia juga sekali lagi menempatkan Jokowi di posisi tertatas. Elektabilitas eks walikota Solo itu ditempatkan Poltracking pada angka 48,6 persen dan Prabowo hanya 25,1 persen. Bahkan tingkat keterpilihan Jokowi juga tetap diunggulkan.
Survei Orkestra juga lagi-lagi menempatkan elektabilitas Jokowi di atas yang meraup angka 24,38 persen dan Prabowo sebesar 21,9 persen. Jika dicermati, sebagai petahana, elektabilitas 24,38 persen merupakan sebuah kabar buruk bagi Jokowi.
Hasil survei terbaru datang dari Indo Barometer. Sekali lagi, survei ini menempatkan Jokowi di peringkat teratas soal keterpilihannya yang mencapai angka 50,9 persen dibandingkan Prabowo yang hanya 20,8 persen.
Survei ini sekali lagi membuat kening sedikit berkerut. Pasalnya, dalam simulasi pemilihan presiden, Jokowi selalu mengungguli Prabowo, bahkan sekalipun Jokowi berpasangan dengan Puan Maharani yang hanya memiliki elektabilitas 1 persen. Kata Indo Barometer dalam simulasi dua pasangan capres-cawapres; Jokowi-Puan Maharani versus Prabowo-Anies Baswedan, Jokowi-Puan meraup angka 43,3 persen dibandingkan Prabowo-Anies 21,7 persen. (red)
Editor: Eriec Dieda