Kesehatan

Hasil Penelitian: Kurang Tidur Dapat Merusak Hubungan

NUSANTARANEWS.CO – Kurng tidur telah sejak lama dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan yang serius. Baru-baru ini sebuah penelitian membidik masalah baru yang dapat ditimbulkan akibat kurang tidur, yaitu sebagai hal yang sering menjadi akar perselisihan antar pasangan.

Jika dalam menjalin hubungan belakangan anda merasa bahwa pasangan anda telah menjadi orang yang menjengkelkan, anda tidak lagi dapat tertawa, bercinta dan tidak peduli lagi tentang kebahagiaan pasangan anda, bahkan anda berpikir tidak lagi ada kecocokan antara anda dengan dirinya. Dalam kondisi yang digambarkan tersebut, mungkin anda berpikir tidak ada lagi solusi yang dapat anda lakukan. Namun, sebelum anda menemui konselor atau pengacara anda, para ahli menyarankan untuk anda mencoba untuk lebih memperhatikan kembali pola tidur dan waktu tidur anda.

Dilansir dari The Guardian, sementara para penelitian selama ini secara konsisten selalu mengaitkan kurangnya tidur dengan peningkatan risiko kanker, diabetes, penyakit jantung, obesitas dan kematian dini. Penelitian terbaru menemukan bahwa kurangnya tidur dan tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik juga memiliki dampak berupa merusak hubungan anda dengan pasangan.

Baca Juga:  DBD Meningkat, Khofifah Ajak Warga Waspada

Lebih dari sepertiga dari kita rata-rata hanya tidur selama enam jam dalam semalam, yang artinya hal tersebut kurang dari apa yang direkomendasikan yaitu sebanyak 7-9 jam setiap malamnya.

Anda mungkin tidak pernah berpikir bahwa menghabiskan waktu lebih lama di tempat tidur memungkinkan kebahagiaan anda meningkat. Anda mungkin juga tidak pernah berpikir seberapa berartinya bagi pasangan anda ketika anda berada disampingnya saat tertidur, jadi nikmatilah waktu malam lebih banyak untuk bersama dan mengupayakan istirahat yang berkualitas untuk anda dan pasangan anda. Agar cinta dalam hubungan anda tetap hidup.

Sebuah studi yang dilakukan Ohio State University menemukan bahwa mereka yang tidur kurang dari 7 jam semalam lebih cenderung sering berdebat dengan cara yang negatif dan bertengkar dengan pasangan mereka. Sementara mereka yang memiliki tidur cukup meskipun mereka berdepat tetapi sifatnya konstruktif dan mereka akan berakhir dengan konsiliasi.

Studi tudi tersebut juga menunjukkan bahwa walaupun kurang tidur tidak menaikkan tingkat marker inflamasi, hal tersebut membuat resiko yang yang lebih buruk dan membahayakan. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa pria lebih cenderung bertengkar dengan pasangannya setelah satu malam mengalami gangguan tidur. Pasangan tersebut memiliki lebih banyak pertengkaran setelah tidur kurang dari tujuh jam dalam waktu dua minggu terakhir.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Dirikan Rumah Sakit Ibu dan Anak: Di Pamekasan Sehatnya Harus Berkualitas

Jadi sementara lebih banyak tidur mungkin tidak bisa mencegah perselisihan perkawinan dunia. Hal itu bisa memberikan kedamaian dalam banyak hubungan. Studi ini hanya membahas pasangan heteroseksual, namun temuan ini cenderung berlaku lebih luas. Tidur mempengaruhi bagian-bagian otak yang menjalankan fungsi pemecahan masalah.

Tanpa kemampuan pemecahan masalah, sulit untuk memiliki barisan yang baik tidak meningkatkan kadar protein inflamasi, namun hanya sedikit orang yang tidur dengan waktu cukup.

Penulis: Riskiana
Editor: Sulaiman

Related Posts