NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dewan Pengurus Daerah PDIP Jawa Timur (Jatim), saat ini boleh merasa di atas angin, dengan berhasil menggaet Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Hal ini wajar menyusul selama 2 periode beruntun, PKB dan PDIP telah menjadi dua partai besar di Jatim dalam mengumpulkan suara pada pemilu 2008 dan 2014.
Sehingga tidak berlebihan jika kemudian Sekretaris PDIP Jatim Sri Untari sesumbar mengklaim semua mesin kekuatan PDIP telah siap merengkuh Jatim 1. Bahkan Sri Untari optimis bahwa Pilgub Jatim 2019 mendatang akan mengakhiri krisis kemenangan di tubuh PDIP.
Dirinya bahkan tak canggung mengklaim bahwa PDIP sudah 10 tahun puasa kemenangan. “Saatnya kami berhari raya kemenangan,” ujar Sri Untari, Jumat, 15 September 2017.
Namun say war yang dilontarkan Sri Untari tampaknya cukup gegabah mengingat peta politik Jatim sesungguhnya sulit diprediksi dan penuh kejutan. Contoh kasus paling terasa adalah dalam Pilgub Jatim 2008 silam. Dimana PKB dan PDIP yang merupakan partai raksasa di Jatim dipaksa tumbang. Ternyata menjadi parpol raksasa di Pemilu 2004, tak menjamin memenangkan Pilkada Jatim.
Mengacu pada pemilu 2014, lagi-lagi partai berlambang Moncong Putih itu gagal memenangi pemilu di tingkat Provinsi Jatim. Berdasarkan rekapitulasi 38 kabupaten/kota seluruh Jatim, partai besutan Megawati itu tak sanggup menyalip perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dimana PKB kala itu meraih 3.671.911 suara (19,6%), sementara PDIP menguntit dibelakangnya dengan perolehan 3.523.434 suara (18,8%).
Merujuk hasil pemilu 2014, maka pantas bagi PDIP kemudian menggaransi bahwa 2019 digadang-gadang sebagai hari raya kemenangan PDIP.
Namun, PDIP Jatim lupa bahwa Jawa Timur merupakan medan kurusetra yang penuh dengan kejutan. Ia juga lupa ada tiga partai besar lainnya, yang dalam pemilu 2014 lalu memberi kejutan. Dimana tak disangka Partai Gerindra mampu menyodok diperingkat 3 dengan meraih suara 13,1%. Disusul kemudian oleh Partai Demokrat dengan perolehan 12,5% dan juga Partai Golkar dengan 10,2%.
Di luar itu, ada sosok Khofifah Indar Parawansa yang sewaktu-waktu bisa merubah peta politik Jatim. Sebagaimana diketahui, Khofifah memiliki magic tersendiri dalam menghipnosis warga Jatim. Apalagi dalam beberapa survei terakhir nama Khofifah kerap menempati rating tertinggi. Peta Jatim 2019 akan benar-benar berubah jika bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas benar-benar menjadi pendamping Khofifah. Maka, PDIP layak menyiapkan plan B dan plan C.
Ini akan semakin menegaskan klaim Sekretaris DPD Partai Gerindra Jatim Anwar Sadad yang menyebut bahwa PDIP Jatim sesungguhnya tengah dirundung galau. Hal ini tampak dengan sikap PDIP yang terus mendesak kepada Khofifah Indar Parawansa agar segera mengumumkan sebagai cagub Jatim bersama parpol pengusungnya.
Pewarta/Editor: Romandhon