Esai

Hari Buku Nasional, Buku Masih Dibutuhkan di Era Digital

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Hari Buku Nasional diperingati setiap 17 Mei 2017 tiap tahunnya. Penetapan Hari Buku Nasional ini merupakan ide Menteri Pendidikan era Kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fadjar, pada 2002 lalu. Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan didirikannya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980 silam.

Di era teknologi digital yang makin masif berkembang, buku telah menjadi komoditi terbesar seharusnya menjadi komoditi yang tidak akan ada habisnya. Namun tiap tahun rata-rata 18 ribu judul buku yang dicetak.

Jumlah itu jauh tertinggal dibandingkan negara lainnya, seperti Jepang yang mencapai 40 ribu judul buku per tahun dan Tiongkok mencapai 140 ribu judul per tahun.

Padahal, perpustakaan juga diharapkan mampu meningkatkan kegemaran membaca, memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan, untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa, seperti yang tertera pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007.

Pada Bab VII Pasal 21 Undang-Undang tentang Perpustakaan disebutkan bahwa salah satu tanggung jawab Perpustakaan Nasional adalah melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

Berdasarkan data Perpustakaan Nasional, pada tahun 2016, sebanyak 132,7 juta penduduk Indonesia tecatat sebagai pengguna internet. Keberadaan internet turut mempengaruhi minat baca di Indonesia.

Beberapa Budayawan, Sastrawan dan Seniman memberikan komentar di buku tamu Galeri Buku Bengkel Deklamasi adalah asset Pemda DKI Jakarta, yang berlokasi di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki.

Rendra: “Toko Buku ini ternyata membawa suasana “rejo”. Lumayan sebagai sumber informasi. Banyak buku-buku bekas yang justru membawa kejutan-kejutan karena sifatnya yang penting sebagai bacaan. Tetapi yang paling tidak saya sangka sebelumnya: toko bukumu itu bisa menjadi tempat pertemuan yang singkat dan hangat antara teman dan teman. Dan praktis untuk menjadi tempat menitip pesan antar teman, o.k! Sukses!”

Taufiq Ismail: “Perpustakaan sudah ada di lingkungan TIM ini, yaitu Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin. Toko Buku (Lama) belum ada. Baru di buka 27 April 1996. Jadi sesudah 28 Tahun TIM berdiri! Kebetulan pula penggagasnya Jose Rizal Manua, seniman muda kita. Selamatlah!”

Dorman Borisman: “Selamat buat Galeri Buku Bengkel Deklamasi. Galeri ini cukup menolong para peminat sastra-kesenian, kebudayaan, dst. Kini kami bisa dengan mudah bisa mendapat buku-buku jenis tsb. Semoga pengetahuan & ilmu yang Anda jual di sini semakin semarak dan beragam. Dan minat pembaca yang membelinya pun semakin intens dan akrab”.

Galeri Buku Bengkel Deklamasi ini, didirikan oleh Jose Rizal Manua dan diresmikan pada tanggal 27 Juli 1996. Jose mengatakan Galeri Buku Bengkel Deklamasi yang berkonsep Secondhand Book Store ini sangat diperlukan bagi masyarakat. Khususnya bagi budayawan, sastrawan dan seniman.

“Harapan saya, semoga Galeri Buku Bengkel Deklamasi- Taman Ismail Marzuki ini tetap dipertahankan keberadaannya, sehingga bisa menjadi salah satu ikon bagi Pusat Kesenian Jakarta,” kata Jose.

Pewarta: Richard Andika
Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 30