Berita UtamaEkonomi

Hari Air Sedunia dan Ironi Negeri Tropis

NUSANTARANEWS.CO – Sudah 25 tahun lamanya Hari Air Sedunia diperingati sejak 22 Desember 1992 PBB dalam sidang umum ke-27 menetapkan sebagai peringatan sedunia. Fenomena kelangkaan air yang melanda dibeberapa negara berhasil menarik perhatian dunia untuk peduli bagi ketersediaan air di masa depan.

World Day for Water merupan perayaan yang ditujukan sebagai usaha-usaha menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan. Pemicu terbesar kelangkaan air dan ketersediaan air bersih di dunia diantaranya dipicu adanya praktik illegal loging dan efek domino dari limbah pabrik.

Dalam peringatan Hari Air Sedunia (World Day for Water) kali ini tampaknya bisa menjadi momentum bagi pemerintah Indonesia untuk lebih giat dalam memenuhi ketersediaan air bersih di dalam negeri. Pasalnya sebagai negeri tropis, fenomena kelangkaan air bersih masih menjadi pemandangan yang kerap lazim dijumpai di Indonesia.

Dalam hal ini Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro membenarkan bahwa, jika dibandingkan dengan kawasan Asia Tenggara, akses sanitasi Indonesia hanya lebih baik dari Timor Leste dan Kamboja. Itu artinya, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Vietnam dan beberapa negara di Asia Tenggara lainnya, Indonesia masih tertinggal jauh soal akses sanitasi air bersih.

Baca Juga:  Peduli Bencana, PJ Bupati Pamekasan Beri Bantuan Makanan kepada Korban Banjir

Dalam laporannya, Bappenas mengumumkan ada sekitar 72 juta orang Indonesia masih belum mempunyai akses air minum yang layak dan sekitar 96 juta lainnya masih belum mempunyai akses sanitasi yang baik. Imbasnya, tercatat sebanyak 31 juta orang Indonesia masih buang air besar di tempat sembarangan.

Bambang mengatakan, akses terhadap air minum dan sanitasi berpengaruh langsung pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), terutama terkait angka harapan hidup. Menurutnya, IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia.

Tentu saja ini menjadi sesuatu paradoks mengingat Indonesia sebagai negara tropis. Bagaimana mungkin kelangkaan  dan akses ketersedian air bersih masih menjadi masalah serius di negeri ini? Menyusul Indonesia adalah negara yang sesungguhnya meilimpah soal air bersih.

Penulis: Romandhon

Related Posts

1 of 415