Harga BBM Naik, Petani di Jatim Menjerit

Harga BBM naik, petani di Jatim menjerit
Harga BBM naik, petani di Jatim menjerit/Foto: Anggota Komisi B DPRD Jatim Noer Soetjipto.

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Anggota Komisi B DPRD Jatim Noer Soetjipto mengatakan pihaknya berharap pemerintah memberikan subsidi bagi petani di Jatim di tengah adanya kenaikan BBM di Indonesia.

“Harus ada subsidi bagi petani di mana kenaikan BBM akan berdampak pada ekonomi petani. Saat turun ke daerah mereka mengeluh atas kenaikan BBM tersebut,” ungkapnya di Surabaya, Selasa (19/4).

Politisi asal Partai Gerindra ini mengatakan bahwa di tengah kenaikan BBM tersebut berimbas pada naiknya sejumlah kebutuhan bagi sektor pertanian, diantaranya kenaikan pupuk dan aktivitas pertanian lainnya.

Pria asal Trenggalek ini menyebutkan banyak kegiatan produksi pertanian yang membutuhkan BBM termasuk penanganan dan penyimpanan pasca panen, pengolahan, lalu kemudian juga distribusi logistik, semua proses itu membutuhkan bahan bakar solar.

“Sebagai contoh di sektor produksi, saat ini para petani banyak yang menunggu panen. Kemudian banyak sawah yang sekarang ini diakhiri dari pompa air. Jika solarnya sulit didapatkan maka pengairan akan terhambat. Lalu, jika pengairan terhambat maka akan terjadi food loss,” jelasnya.

Dia menambahkan contoh lain juga saat pasca panen. Misalnya petani menanam jagung ataupun padi, seringkali petani membutuhkan alat pengering supaya kadar laktosanya itu rendah. Karena jika kadar laktosanya tinggi, maka komoditas yang dihasilkan jadi tidak sehat.

Maka dari itu, jika tidak ada solar, alat pengering tidak bisa berfungsi dengan sangat baik. “Jadi ini justru malah menambah volatiliti harga pertanian yang sekarang ini minyak goreng sudah meningkat lalu kemudian BBM meningkat, ditambah lagi komoditas pertanian meningkat,” terangnya.

Sekedar diketahui, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax pada 1 April 2022. Harga BBM dengan RON 92 itu naik dari sekitar Rp 9.000-Rp 9.400 per liter jadi Rp 12.500-Rp 13.000 per liter di 34 provinsi di Indonesia. (setya)

Exit mobile version