NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Partai Golkar berharap Munas ke-X bisa menjadi refleksi cita-cita partai untuk usung calon presiden sendiri.
Ketua Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) Jatim, Yusuf Husni mengajak seluruh kader partai memahami Munas ke-X Partai Golkar. Sebab, momen ini dinilai penting untuk menentukan nasib partai berlambang pohon beringin.
“Momen munas harus dipahami seluruh kader Golkar se-Indonesia. Ini adalah momen yang sangat terpenting dalam menentukan nasib Golkar ke depan,” katanya saat ditemui di Jakarta, Rabu (4/12/2019).
Karena, kata Yusuf, siklus politik 20 tahunan maqomnya hak politik ada di Golkar. Menurutnya, Golkar memiliki peluang menjadi pemenang untuk pemilihan yang akan datang.
“Dengan siklus 20 tahunan ini, seluruh kader partai memahami terhadap situasi perkembangan pada saat ini dan 5 tahun yang akan datang,” terangnya.
Kenapa pada momen kali ini sangat penting, dijelaskan Yusuf, bahwa momen ini harus menang dan harus bisa mengusung presiden sendiri ke depannya.
“Karena Pak Jokowi ini sudah dua kali, kalau pemahaman ini sudah dipahami baru kita menginjak mengenai momen politik pada Munas ini,” beber Yusuf.
Mengenai masih ada dua calon Ketua Umum Golkar ini, yakni Airlangga Hartarto dan Ridwan Hisyam serta Bambang Soesatyo yang telah mengundurkan diri dari bursa pencalonan, Yusuf menilai satu calon yang telah membawa visi misi Golkar ke depan.
“Satu-satunya calon yang membawa visi misi Golkar kedepan ini hanya Ridwan Hisyam. Dengan bukunya Reformasi Paradigma Golkar ke-2, di situ dijelaskan bahwa untuk mempunyai peluang menjadi pemenang kita harus tahu dulu siapa pemilihnya,” paparnya.
“Pemilihnya, data yang ada itu 70 persen adalah milenial. Di situ sudah dijelaskan bahwa itulah bidang garapannya. Dan itu ada dalam pikiran Ridwan Hisyam,” tambah dia.
Kedua, lanjut Yusuf, pihaknya sangat paham dengan Caketum Golkar Ridwan Hisyam. Sebagai orang lama dalam tubuh Golkar, Memang idealnya visi misi itu dilaksanakan oleh yang punya ide.
“Apa yang menjadi pikiran Ridwan Hisyam untuk 5 tahun ke depan itu sangat rasional,” ungkapnya.
Ditanya Caketum Golkar tinggal dua orang, menurut Yusuf sangatlah bagus lantaran Indonesia adalah negara demokratis.
“Jadi, momen politik apapun termasuk Parpol harus tercermin dan dibaca seluruh rakyat Indonesia bahwa siapapun partai politik yang mencerminkan kualitasnya masalah berdemokrasi itu mempunyai peluang sangat besar menjadi pemenang,” jelasnya lagi.
Ia mencontohkan di era Akbar Tanjung kenapa ada konvensi, menurutnya adalah cerminan bahwa Golkar pada waktu itu partai yang paling demokratis dari seluruh Parpol yang ada.
“Terkait dua calon kali ini, biarkan tetap saja. Apalagi Pak Ridwan menyatakan tidak akan mundur. Itu adalah bentuk suatu konsekuensi yang perlu di apresiasi. Kalau sudah maju jangan mundur. Perkara nanti siapa yang terpilih itu urusan nanti. Tapi paling tidak seluruh kader Golkar, khususnya para peserta munas ini harus bisa memahami,” pungkasnya.
“Jadi, momen munas ini bukan hanya sekadar bahwa ini siapa yang menang atau tidak. Paling tidak marilah kita pertontonkan kualitas demokrasi partai Golkar ini bahwa Golkar memang layak menjadi partai paling demokratis di Indonesia,” tambahnya.
Pewarta: Setya W