Ekonomi

Hanya Ada 500 Ton, Ribuan Ton Komoditi Jagung di Jatim Jadi Misteri

Beberapa wilayah di Kabupaten Ponorogo, Jatim saat ini mulai melakukan panen raya jagung. (Foto: Muh Nurcholis/NusantaraNews)
Beberapa wilayah di Kabupaten Ponorogo, Jatim saat ini mulai melakukan panen raya jagung. (Foto: Muh Nurcholis/NusantaraNews)

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Keberadaan komoditi jagung di pasaran masih menjadi misteri. Pasalnya, panen jagung di Jawa Timur sebanyak 6,543 juta ton dinilai masih surplus sekitar 4,116 juta ton. Hal ini dilihat dari kebutuhan pangan dan pakan sekitar 2,376 juta ton.

Hal ini diungkapkan Ketua Komisi B DPRD Jatim, Ach Firdaus Febrianto saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (26/2/2019).

Menurutnya, surplus jagung sebesar 4,166 juta ton ketika dicari dipasaran hanya ditemukan kurang dari 500 ton jagung. Angka ini mengacu saat dilakukan pengecekan di 23 Kabupaten/Kota.

“Kami hanya temukan di pasar di Jatim hanya kurang dari 500 ton jagung. Di mana sisanya jagung, apakah datanya yang keliru atau datanya benar tapi di lapangan ada orang yang bermain di jagung,” katanya.

Politisi asal Fraksi Gerindra Jatim ini menjelaskan bahwa harus ada koordinasi terpadu di stakeholders terkait. Seperti Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jatim.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Gelar Gebyar Bazar Ramadhan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat

“Sehingga kita tahu persis sebenarnya berapa stok riil jagung kita,” jelasnya.

Menurut Firdaus, para petani jagung masih mengkhawatirkan akan adanya impor yang dilakukan pemerintah. Sebab, jagung sudah mulai panen akhir 2018 hingga awal 2019. Bahkan, lanjut dia, Menteri Pertanian hadir di beberapa titik di Jatim, baik di Lamongan dan Tuban untuk acara panen raya jagung.

“Artinya, Jatim merupakan sentra jagung bahkan di tingkatan nasional merupakan tertinggi. Nah, kalau melihat kondisi seperti ini stok jagung kita surplus. Dalam posisi surplus ini mengapa masih ada impor jagung oleh pemerintah,” jelasnya.

Setelah ditelusuri oleh pemerintah, kata Firdaus, surplusnya komoditas jagung ternyata tidak diikuti dengan keberadaan secara riil di lapangan. Pihaknya berharap dari keseluruhan jagung sebanyak 6 juta ton setelah dikurangi berbagai kebutuhan harus disampaikan juga secara riil.

“Sehingga kalau betul-betul surplus riil tidak harus ada impor. Jadi cukup ditangani jagung yang ada di lokal. Apalagi jagung kita ini sudah bibit bagus bahkan premium,” imbuhnya.

Baca Juga:  Sekda Nunukan Hadiri Sosialisasi dan Literasi Keuangan Bankaltimtara dan OJK di Krayan

Pewarta: Setya N
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,143