Budaya / SeniPuisi

Gus, Jasad Sunyi Pemulung Resah dan Letih

Temuan jasad utuh di China yang sudah dikubur beberapa abad. (Foto: Daily Mail)
Temuan jasad utuh di China yang sudah dikubur beberapa abad. (Foto: AsiaWire)

Puisi Abdillah Fikri Romadhon

RESAH

Aku pikir
Dengan dunia ini
Sungguh sangat mencekik
Karena apa?
Mereka bertindak layaknya air mengalir
Ke arah manapun yang ia hendaki
Mungkin mereka girang
Dalam keadaan diagungkan
Seperti kota selamat datang
Bak singa kelaparan
Merekah bak bunga seroja

Purwokerto, 7 Maret 2019

JASAD

Papan pusara
Waktu pasrah dipungkas darah
Tak mengetahui kapan datang
Tak terarah
Terpongah
Sesampainya dosa menggerutu
Hilang
Mencari jalan.

Purwokerto, 7 Maret 2019

GUS

Gus, obrolan di malam yang dihitamkan oleh segelas kopi
Di bawah rumpunan bambu dan gaduhan burung hantu
Kau sitirkan suluk-suluk dan doa yang tak mampu kubaca

Gertakan tasbih dan dzikir-dzikir pendek yang seusai kau rapalkan
Kau tuduhkan sebait syair seibarat akar yang kering di tandusnya

Gus, yang bersyair bukanlah seibarat lahan gersang yang menghisap getahnya
Teruskanlah bisingan ocehan dan doamu menjadi dzikir
Biarlah seabadinya kupoles hidup ini dengan syair.

Purwokerto, 7 Maret 2019

LETIH

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Dingin nya malam menerpa gairah
Hanya sunyi yang mengiringi
Dentuman angin meliuk-liuk
Teruntuk pada malam
Yang menyelimuti sepi

Purwokerto, 7 Maret 2019

ALKHAMDULILLAH

Bersyukur atas karunia-Nya
Karena doa yang tlah diterbangkan
Kerja keras
Optimis
Kunci utama menuju gerbang
Keberhasilan
Secercah harapan yang tlah terukir
Tetesan keringat yang jatuh ditelan bumi
Kucuran darah mengiringinya
Tuk gapai suatu pengharapan

Purwokerto, 7 Maret 2019

PEMULUNG

Sekoyak plastik dan karung yang menggantung di pundaknya
Sepanjang tapak yang dipijaki tanpa alas dan kerikilnya
Dia hilang tanpa bekas
Melas rupa terpampang diwajahnya
Hanya untuk memenuhi lapar nya
Wong cilik, hidupmu pelik
Tak habis kesakitan
Usiamu tercekik.

Purwokerto, 7 Maret 2019

SUNYI

Getaran tubuh yang begitu terasa
Hitam kelabu menemani rembulan
Titik-titik bertebaran
Temani tubuh yang diam
Liukan piano melengkapi kehampaan
Teruntuk malam yang menyelimuti sepi
Sunyi
Kuhanya sendiri disini

Purwokerto, 7 Maret 2019

SENJA

Awan menggumpal kian menipis
Burung menari dengan gemulainya
Ombak kian datang
Ombak kembali pulang
Langit biru menjadi jingga
Senja datang, siangpun pulang
Merah merkah merona
Sangat memanjakan mata
Menenangkan jiwa yang terambang
Kau datang dengan keindahan
Pergi dengan kegelapan
Permainan semesta selalu membuat jiwa menerka nerka
Senja
Hadir dan indahmu hanya sementara
Senada dengan permainan waktu

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Purwokerto, 7 Maret 2019

Abdillah Fikri Romadhon, Mahasiswa aktif IAIN PURWOKERTO, Fakultas FEBI/PS.A. Mukim di Purwokerto Jl. Yosodarmo no.3

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co

Related Posts

1 of 3,189