Opini

Gunung Es

GUNUNG ES
GUNUNG ES masalah pandemi Covid-19 di Indonesia/Foto: Bali United

GUNUNG ES

Berdasarkan data laman Worldometers hingga Selasa, 14 April 2020, jumlah tes Covid yang diperiksa di Indonesia baru 99 orang per 1 juta penduduk.
Oleh : R. Wahyu Kartiko Tomo

Tidak hanya para ahli, bahkan orang awam seperti saya bisa menilai dan meyakini bahwa masalah Covid-19 di Indonesia bagaikan fenomena gunung es karena laporan resmi jumlah kasus tidak mencerminkan masalah dan jumlah yang sebenarnya. Hal ini juga dibenarkan oleh otoritas kesehatan di Hubei bahwa prediksi itu benar sebagaimana yang diprediksi oleh para peneliti di WHO.

Ada beberapa alasan kenapa fenomena gunung es Covid-19 ini diyakini kebenarannya yakni pengujian tidak masif dan pelacakan yang tidak agresif, memutus mata rantai penularan melalui PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang bukan skala nasional, dan berbagai hal lain semisal edukasi, sosialisasi dan mitigasi yang masih kurang.

Sampai saat ini Selasa, 14 April 2020 pukul 14:46 GMT dari data worldometers ada 1.947.855 kasus terinfeksi, 121.793 kematian dan  460.238 kasus dinyatakan sembuh dari data seluruh dunia. Penambahan kasus baru sebanyak 24.007 kasus dari seluruh dunia. Di Asia ada penambahan 5.101 kasus baru, di Asia Tenggara ada penambahan sebanyak 1.114 kasus. Indonesia terdapat penambahan 282 kasus baru –sedikit dibawah Filipina dengan 291 kasus baru. Tidak ada penambahan kasus di negara Kamboja, Laos dan Myanmar saat artikel ini ditulis. Hingga Selasa, 14 April 2020 pukul 16.15 WIB diketahui secara total ada 4.839 kasus Covid-19 di Tanah Air.

Baca Juga:  Presiden Resmi Jadikan Dewan Pers Sebagai Regulator

Update Covid-19 di Yogyakarta sesuai rilis yang disampaikan Posko Penanganan Covid-19 DIY, sampai Selasa, 14 April 2020, pukul 16.00 WIB berdasarkan laporan dinas kesehatan kabupaten/kota dan RS rujukan di DIY. PDP 547 orang dan ODP 3.439 orang. Untuk pasien positif Covid-19 ada 61 orang; dirawat 37 orang, sembuh 18 orang dan meninggal dunia enam orang.

Jika dibandingkan dengan total kasus positif secara nasional, jumlah pasien positif Covid-19 di DIY memang tergolong kecil. Namun, untuk mengetahui seberapa besar peningkatan jumlah kasus di DIY, perlu dicermati perjalanan kasus Covid-19 sejak awal. Sejak diumumkannya kasus positif Covid-19 pertama di DIY pada 15 Maret 2020, 16 hari kemudian pada 31 Maret 2020 kasus positif melonjak menjadi 24 orang, hal ini sangat signifikan dengan peningkatan empat kali lipat jika dibandingkan dengan sepuluh hari pertama sejak diumumkan kasus pertama sebanyak enam orang. Sekarang 30 hari sejak muncul kasus pertama sudah 61 orang, artinya 10,1 kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah kasus dalam sepuluh hari pertama. Apakah masih menganggap tidak signifikan?

Baca Juga:  Mantan Komandan NATO Menyerukan untuk Mengebom Krimea

Di sisi lain, yang juga perlu mendapat perhatian adalah masih sedikitnya jumlah pasien di DIY yang diperiksa sampelnya untuk memastikan apakah mereka menderita Covid-19 atau tidak. Berdasarkan data Pemda DIY, hingga Selasa 14 April 2020, jumlah pasien di DIY yang telah diperiksa sampelnya sebanyak 547 orang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DIY, jumlah penduduk DIY pada tahun 2018 sebanyak 3.802.872 orang. Artinya, jumlah yang diperiksa sampelnya itu baru sekitar 0,014 persen dari keseluruhan penduduk DIY. Sangat sedikit bukan?

Berdasarkan data laman Worldometers hingga Selasa, 14 April 2020, jumlah tes Covid yang diperiksa di Indonesia baru 99 orang per 1 juta penduduk. Jika kita bandingkan dengan data urutan dari tes Covid terbanyak di Asia Tenggara, Brunei 23.240 tes per 1 juta penduduk, Singapura 12.424 tes per 1 juta penduduk, Malaysia dan Filipina 2.525 tes per 1 juta penduduk, Thailand 1.440 tes per 1 juta penduduk, Vietnam 1.152 tes per 1 juta penduduk, Kamboja 345 tes per 1 juta penduduk, dan Laos 157 tes per 1 juta penduduk, tidak ditemukan adanya laporan dari Timor Leste.  Jumlah  tes covid yang jauh tertinggal dibandingkan dengan sejumlah negara asia tenggara yang dianggap miskin, yaitu Kamboja dan Laos. Indonesia satu tingkat diatas Myanmar dengan 26 tes per 1 juta penduduk. Sangat sedikit bukan?

Baca Juga:  Penghasut Perang Jerman Menuntut Senjata Nuklir

Jika dihitung jumlah total tes dibandingkan dengan jumlah penduduk masing-masing di kawasan asia tenggara maka bisa kita lihat, Brunei 10.167/423.196 (2,4%), Singapura 72.680/5.607.283 (1,3%), Malaysia 81.730/31.167.265 (0,26%), Kamboja 5.768/15.762.370 (0,037%), Filipina 33.814/103.320.222 (0,33%), Thailand 100.498/68.863.514 (0,14%), Vietnam 121.821/94.569.072 (0,13%), Laos 1140/6.758.353 (0,017%), Indonesia 27.075/261.115.456 (0,01%), Myanmar 1406/52.885.223 (0,0027%), tidak ditemukan data pada negara Timor Leste. Sangat sedikit bukan?

Gunung es tampak dipermukaan hanya 10 persen, sementara 90 persen tersembunyi di dalam laut, sebagaimana yang terjadi saat ini tentang fenomena gunung es Covid-19 di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Semoga segera dilakukan pengujian masif dan pelacakan yang agresif dari berbagai wilayah di Indonesia khususnya di Yogyakarta. Fenomena gunung es sangat relevan dengan berbagai masalah kehidupan, dapat dianalisis dan dicarikan jalan keluarnya.***

 

Penulis: R. Wahyu Kartiko Tomo
Penulis: R. Wahyu Kartiko Tomo, Dokter dan Praktisi Kesehatan

Related Posts

1 of 3,049