Ekonomi

Gubernur BI Perry Warjiyo Sebut Nilai Tukar Rupiah Menguat

Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto Dok. Nusantaranews.co/Romandhon)
Gubernur BI Perry Warjiyo (Foto Dok. Nusantaranews.co/Romandhon)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Berada di kompleks Bank Indonesia (BI), Jakarta Pusat, usai shalat Jumat, Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan penjelasan mengenai situasi nilai tukar rupiah. Dirinya mengatakan bahwa saat ini kondisi nilai tukar rupiah cenderung menguat.

“Alhamdulillah nilai tukar relatif stabil bahkan cenderung menguat,” kata Perry Warjiyo, Jumat, 13 Juli 2018.

Sebagaimana diketahui, dalam beberapa bulan terakhir, tren nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus memburuk. Mengenai stabilnya nilai tukar rupiah sebagaimana yang dipaparkan Perry, pihak BI mengaku akan melakukan berbagai upaya dengan memaksimakan seluruh instrumen yang dimiliki.

“Beberapa hal yang perlu saya tegaskan kembali, satu bahwa, terkait dengan stabilnya nilai tukar ini, Bank Indonesia akan terus berkomitmen untuk menggunakan seluruh instrumen yang kita miliki,” sambungnya.

Saat ini lanjut pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah tersebut, titik fokus yang menjadi prioritas kebijakan moneter BI adalah memulihkan stabilitas nilai tukar rupiah yang terperosok. “Yang terfokus kebijakan moneter kami adalah menjaga stabilitas eknonomi, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah,” ungkapnya.

Baca Juga:  Peduli Sesama, Mahasiswa Insuri Ponorogo Bagikan Beras Untuk Warga Desa Ronosentanan

Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, Kamis, 12 Juli 2018, posisi rupiah melemah ke level Rp 14.415 per dolar AS. Dari yang semula hanya Rp 14.385 per dolar AS. Tercatat sejak awal tahun hingga saat ini ddepresi rupiah mencapai sebesar 6,12 persen.

Bloomberg memberikan estimasi, pada Kamis, 12 Juli 2018, rupiah ditransaksikan pada rentang Rp 14.413 hingga Rp 14.445 per dolar AS. Sementara itu, dikutip dari Tribun.com, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, menguatnya laju dolar AS berimbas pada pergerakan rupiah melemah.

Kendati di dalam negeri ada sejumlah sentimen positif seperti disetujuinya sejumlah asumsi dasar makro RAPBN 2019 antara lain pertumbuhan ekonomi 5,2-5,5 persen, laju inflafi 2,5-4,5 persen, dan nilai tukar Rupiah di kisaran Rp 13.700 – Rp 14.000 nyatanya belum dapat mengimbangi penguatan mata uang negeri Paman Sam itu. “Akibatnya Rupiah masih terdepresiasi,” kata dia.

Editor: Romadhon

Related Posts

1 of 3,060