Giliran Rindu
Kini giliran rindu
Menjelma menjadi ranting
Jatuh tepat di depan rumah
Daun melayang-layang
Mengikuti hembusan rindu
Purwokerto, 07 Oktober 2019
Kopi
Kopi tak selalu harus manis
Tak juga selalu menjadi candu
Kopi hanya menjadi pelampiasaan
Dari kesunyian
Yang melahap canda
Antara toska dan biru
Purwokerto, 07 Oktober 2019
Gugur Daun
Derai angin
Membuatnya terpisah dari ranting
Adakala jatuhnya dirindukan
Oleh kembang desa yang menunggunya di bawah pohon
Purwokerto, 07 Oktober 2019
Di Hadapan Jendela
Di hadapan jendela
Ditemani gemerlap cahaya
Dia suntuk memikirkan Darma
Darma yang belum juga terpecahkan
Tibalah
Mutiara keluar dari kelopak mata
Pertanda undangan telah datang
Untuk mengistirahatkan
Tubuh yang telah lelah
Purwokerto, 01 Oktober 2019
Kau Dipanggil
Dari sana kau dipanggil dengan harapan besar
Berjalan tegak dengan beban berat
Tak menyudutkanmu untuk berbalik badan
Dengan langkah penuh harap berjalan ke titik puncak
Berapa lamanya akan tetap bertahan
Agar pulang mendapat pengkabulan
Purwokerto, 27 September 2019
Tetap Aku
Biarlah aku tetap menjadi aku
Berjalan menunduk menelusuri jalan tikus
Diiringi tetesan mutiara berharga
Merenungi ketidakpastian tentang janji
Yang kian lama
Kian menggrogoti
Purwokerto, 28 September 2019
Biografi Penulis:
Sulis Asfiatun Nisa lahir di Pemalang, 03 Januari 2001. Tepatmya di Desa Bulakan RT/RW 003/002, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Dia merupakan lulusan dari SMK N 1 Randudongkal dan sekarang sedang melanjutkan studynya di IAIN Purwokerto dengan mengambil progam study Pendidikan Agama Islam. Hal yang disukainya ialah membaca novel dan menonton film Drama Korea. Motto hidupnya ialah “Lakukan segala hal dengan keyakinan tanpa ada keraguan”. Karena menurutnya, dengan keyakinan segala hal yang dilakukannya akan memiliki rasa puas tersendiri.