Mancanegara

Genosida Rohingya, Cak Imin Layangkan Surat kepada Aung San Suu Kyi

NUSANTARANTARANEWS.CO, Jakarta – Genosida atau pembantaian massal yang dialami etnis Rohingya oleh pemerintah Myanmar baru-baru ini terus mendapat kecaman keras dari publik Indonesia. Sebagaimana diketahui, selama tiga hari beruntun pembunuhan massal yang dilakukan militer Myanmar benar-benar menyiderai hak asa kemanusiaan.

Krisis kemanusiaan ini mengetuk hati Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar. Menyikapi pembantian atas muslim Rohingya, Cak Imin sapaan Muhaimin Iskandar (31/8) secara khusus melayangkan surat kecaman agar kebiadaban atas muslim Rohingya dihentikan dan ditegakkan keadailan.

Dalam suratnya tersebut, Cak Imin mendesak Aung San Suu Kyi menegaskan bahwa atas nama apapun, kekerasan apalagi pembantaian massal tidak bisa dibenarkan. Berikut isi surat Cak Imin kepada Aung San Suu Kyi:

Madam Suu Kyi,

Jika Anda berharap ada kedamaian, ketahuilah bahwa ia tidak bisa dicapai dengan kekerasan.

Jika Anda berharap ada keadilan, maka kekerasan adalah cara ekstrem mewujudkan ketidakadilan. Bukankah anda sendiri telah belasan tahun mengalaminya?

Madam Suu Kyi,

18.000 warga Rohingya telah mengungsi ke Bangladesh dalam waktu kurang dari 24 jam. Umumnya mereka adalah perempuan, anak-anak dan orang tua. Anda mungkin bisa menutup mata dan memalingkan wajah dari kabar ini.

Tapi sebagai pejuang demokrasi selama bertahun-tahun, saya heran Anda juga sanggup menutup hati untuk mereka.

Kapan Anda akan panggil mereka kembali pulang ke Myanmar? Sebagai manusia utuh, bukan pelarian, bukan bakteri, bukan warga kelas dua.

Saya minta PBB untuk turun tangan mengatasi kekejian ini. Saya minta duta besar Myanmar di Indonesia segera menjelaskan mengapa kekejian ini bisa terjadi.

Saya minta segenap warga dunia bereaksi agar warga Rohingya menemukan kedamaian dan kebebasan sebagai manusia.

Saya minta Anda, Madam Suu Kyi, untuk melakukan apapun yang Anda mampu, untuk mencegah tentara menembaki warga Rohingya.

Atau, turunkan saja medali nobel itu dari lemari Anda. Dia tidak bermakna apapun lagi, saat ini. (*)

Baca Juga:  Inggris Memasuki Perekonomian 'Mode Perang'

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 29