PolitikResensiRubrika

Gelombang Terorisme Dalam Lintasan Sejarah Modern (Bag. 2)

Gelombang Terorisme Dalam Lintasan Sejarah Modern (Bag. 2)
Gelombang Terorisme Dalam Lintasan Sejarah Modern. Margherita Cagol (8 April 1945 – 5 Juni 1975) adalah mantan pemimpin organisasi teroris sayap kiri Italia, Brigade Merah (Brigate Rosse)

NUSANTARANEWS.CO – Gelombang terorisme dalam lintasan sejarah modern. Gelombang ketiga adalah gerakan kiri baru (New Left), atau ekstrim kiri, dan yang paling terkenal adalah Brigade Merah (The Red Brigades atau dalam bahasa Itali: Brigate Rosse). Kelompok ini menjadi sangat terkenal karena banyak melakukan aksi pembunuhan dan penculikan diantaranya: membunuh mantan Perdana Menteri Aldo Moro (1978), menculik Jenderal Angkatan Darat AS James Dozier (1981), dan bertanggung jawab atas pembunuhan Leamon Hunt, kepala Pasukan Multinasional AS (1984).

Beberapa karakteristik gerakan kiri baru berawal ketika pecah perang Vietnam yang berkobar akhir 1950-an sampai 1970-an. Di Amerika Serikat (AS) ekstrim kiri muncul terkait dengan gerakan Hippie dan gerakan protes masal anti-perang di kampus-kampus perguruan tinggi termasuk Gerakan Kebebasan Berbicara. Gerakan kiri Baru di Inggris dan AS, kebanyakan bersasal dari kalangan kampus dan pendidik yang menjadi agitator, dan lain-lain.

David Rapoport mengamati kelompok-kelompok lain termasuk kelompok di Amerika Latin, kelompok-kelompok revolusioner yang menggunakan gerilya kota untuk melawan pemerintah, dan sebagian didukung oleh Uni Soviet dan sekutunya. Konteks gelombang ketiga ini adalah masa Perang Dingin (Cold War).

Di tingkat internasional, terorisme sangat terkait dengan gerakan kemerdekaan Palestina, khususnya Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pimpinan Yasser Arafat. Modus operandi yang kerap mereka gunakan adalah penyanderaan dan pembajakan.

Baca Juga:  Menangkan Golkar dan Prabowo-Gibran di Jawa Timur, Sarmuji Layak Jadi Menteri

Salah satu contoh yang paling terkenal adalah peristiwa penyanderaan atlet Israel ketika Olimpiade di Munich pada tahun 1972. Peristiwa penculikan sandera itu, ditonton oleh jutaan orang di seluruh dunia. Organisasi dibalik peristiwa itu dikenal dengan nama “Black September” dan sayangnya peristiwa itu berakhir dengan tewasnya semua sandera yang berjumlah 11 orang atlet, sebagian tewas ketika berlangsung upaya penyelamatan.

Semenjak itu, pembajakan pesawat negara Barat menjadi tren. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan perhatian dan menekan pembebasan beberapa anggota pejuang yang di tahan. Dalam peristiwa pembajakan pesawat tersebut, kebanyakan sandera berhasil keluar hidup-hidup sebagai niat teroris untuk tidak membunuh. Tapi hanya sekedar untuk menggunakannya sebagai alat untuk mendapatkan perhatian atau untuk menekan pemerintah melakukan sesuatu.

Gelombang keempat dan terakhir disebut oleh David Rapoport sebagai  gelombang agama – yang dimulai pada tahun 1979. Tahun Revolusi Islam di Iran. Tahun Uni Soviet menginvasi dan menduduki Afghanistan, juga tahun dari penyerbuan dan pendudukan Masjidil Haram di Mekah.

Baca Juga:  Hari Kedua Lebaran 2024, Tokoh Lintas Elemen Datang Halal Bihalal ke Khofifah

Rapoport menunjukkan bahwa ada banyak kelompok agama berbeda yang diproduksi terorisme sejak tahun 1979. Banyak kelompok Islam, termasuk juga Sikh dari Punjab, dari pusat suci mereka, bait suci mereka, kuil emas di Amritsar, yang memerangi pemerintah India. Juga mencakup teroris agama Yahudi, misal terkait pembunuhan Yitzhak Rabin yang tewas pada tahun 1995 saat memberikan sambutan di Tel Aviv.

Gelombang agama juga termasuk kelompok Kristen militan anti-aborsi yang telah membunuh cukup banyak orang dan itu juga termasuk sekte. Serangan sekte yang paling terkenal adalah di kereta bawah tanah Tokyo oleh sekte Aum, dalam bahasa Jepang Aum Shinrikyo, sekte yang bertanggung jawab atas serangan dengan senjata gas saraf sarin di mana mereka mencoba untuk membunuh orang banyak. Pada akhirnya, mereka berhasil membunuh 12 orang dan melukai lebih dari seribu. Peristiwa ini memberikan gambaran bahwa serangan gas saraf sekte Aum sudah mengarah kepada senjata pemusnah masal.

Baca Juga:  Anto Bolokot Siap Mewakili Putra Daerah di Pilkada Nunukan 2024

Seperti karakteristik gelombang sebelumnya, pembunuhan atas pemimpin militer, penyanderaan, dan bom bunuh diri, terkait dengan gelombang ini. Serangan paling spektakuler  adalah truk bunuh diri oleh organisasi militan Lebanon, Hizbullah yang meledakkan markas besar Amerika dan Perancis di Lebanon.

Pada saat yang sama bahwa bom bunuh diri juga terjadi di antara kelompok-kelompok non-agama, seperti kelompok pekerja Kurdi, kelompok separatis Mao di Turki, serta Macan Tamil yang berusaha memperjuangkan otonomi Tamil di Sri Lanka. Dan Al Qaeda termasuk dalam gelombang ini.

Jadi menurut Rapoport sudah ada empat gelombang terorisme yang masing-masing berlangsung sekitar beberapa dekade. Pertanyaan menarik yang perlu kita lontarkan sekarang adalah bagaimana karakteristik gelombang kelima terorisme? (Agus Setiawan/bahan kuliah Studi Terorisme)

Related Posts

1 of 3,050