Kesehatan

Gangguan Tidur Berikut Dapat Menjadi Tanda Adanya Risiko Penyakit Parkinson dan Demensia

NUSANTARANEWS.CO – Sebuah penelitian baru menemukan bahwa meronta-ronta dalam tidur mungkin merupakan salah satu tanda peringatan dini terhadap parkinson dan demensia.

Gangguan tidur seperti bergulig dalam tidur, mimpi yang membuahkan pergerakan seperti akan terjatuh, menendang dan lain sebagainya adalah salah satu ciri dari suatu kondisi yang disebut sebagai rapid eye movement (pergerakan mata cepat dalam tidur) sleep behavior disorder (RBD).

Orang yang mengalami gangguan tersebut terbukti memiliki peradangan di daerah otak, dimana dopamin diproduksi yang terlibat dalam pengiriman pesan dari otak ke tubuh.

Peneitian menemukan bahwa pasien parkinson dan demensia diketahui memiliki persediaan dopamin yang berkurang karena sel saraf yang memproduksinya telah mati.

Rapid eye movement sleep behavior disorder (RBD) diketahui telah mempengaruhi sekitar lima persen orang termasuk berefek dalam berbicara, tertawa, berteriak, dan memaki saat tidur.

Penemuan ini menambah penelitian yang diterbitkan dua tahun lalu yang menemukan sekitar separuh orang dengan RBD akan mengembangkan penyakit parkinson atau kelaianan neurologis lainnya dalam satu dekade. Dengan diperkirakan 7 sampai 10 juta orang di seluruh dunia hidup dengan mengidap parkinson.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Dirikan Rumah Sakit Ibu dan Anak: Di Pamekasan Sehatnya Harus Berkualitas

Sementara itu demensia yang mengancam sebanyak 850.000 orang Inggris dan 5,4 juta orang Amerika. Kini telah diperkirakan akan meningkat secara substansial untuk mendapatkan tekanan besar pada layanan kesehatan dan perawatan sosial.

Penulis studi tersebut Dr Morten Gersel Stokholm dari rumah sakit Universitas Aarhus di Denmark mengatakan, “Pasien-pasien (dengan parkinson dan demensia) ini memiliki radang otak di daerah di mana sel-sel saraf penghasil dopamin ditemukan.”

“Dengan penelitian ini, kami telah mendapatkan pengetahuan baru tentang proses penyakit di otak pada tahap awal berkembangnya penyakit.”

Para peneliti menemukan bahwa pengetahuan tentang gangguan tidur tersebut dapat menentukan pasien nantinya akan berkaitan dengan risiko penyakit parkinson.

Penelitian ini dipublikasikan untuk pertama kalinya dalam jurnal The Lancet Neurology.

Pada penelitian sebelumnya dari Universitas Mennesota yang juga meninjau 500 studi yang diterbitkan antara tahun 1986 hingga 2014 juga telah mengeksplorasi hubungan antara RDB dengan parkinson.

Yang hasinya menemukan bahwa antara 81 dan 91 persen, pasien dengan RBD mengembangkan kelainan otak degeneratif selama masa hidup mereka.

Baca Juga:  RSUD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Buka Depo Farmasi Rawat Jalan 2: Meningkatkan Pelayanan dan Kemudahan Bagi Pasien

Namun para peneliti juga menemukan bahwa tidak semua pengidap parkinson memiliki gejala berupa gangguan RDB terlebih dahulu.

Meski demikian para dokter mengaku lega bahwa mereka kini memiliki kemungkinan untuk melakukan perawatan dan pengobatan sedini mungkin terhadap penyakit parkinson. Hal tersebut sebagaimana ditambahkan oleh profesor Howell.

Penulis: Riskiana

Related Posts