Budaya / SeniCerpen

Gadis Malang

Cerpen: Maesyuroh

Rani menelan ludah, berpikir apa yang akan dilakukannya. Jika ia tidak ikut Bang Dul, ia tidak bisa bertahan hidup. Rani sudah tidak punya siapa-siapa, saudara dan tetangganya sudah tidak peduli lagi dengannya. Akhirnya ia memutuskan untuk ikut dengan Bang Dul.

Malam minggu, Rani dan rombongan Bang Dul beraksi. Hanya ada Rani dan satu wanita Elis anggota wanita di sana. Elis adalah senior dan sudah lama ikut dengan Bang Dul. Kali ini, Bang Dul menunjuk Rani untuk menjadi wanita yang akan menghibur banyak orang. Dengan pedihnya, gadis 19 tahun itu melakoni profesi yang tengah dilakukannya. Dan untuk pertama kalinya, ia menghibur banyak orang terutama kaum laki-laki, dari yang muda sampai yang sudah kepala empat.

“Apa aku gak perlu berhias, Mbak?” tanya Rani kepada Elis

“Ora perlu, Ran. Awakmu mlebu bae nang kurungan kae” (Tidak perlu, Ran. Kamu masuk saja ke dalam kurungan itu) ucap Elis dengan logat jawanya, menunjuk benda di sebelah Bang Dul. Hah, kurungan ayam? gumam Rani penuh tanya.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

“Wes lah, nanti kamu yo pasti tau”

Musik jawa dimainkan, beberapa sesajen juga tidak ketinggalan. Wajah gadis itu ditutupi dengan kain, saran dari Elis. Tak berpikir lama, Rani masuk dalam kurungan itu. Sumpek, panas. Aku harus bagaimana? gumam Rani.

Bau kemenyan menyengat. Tiba-tiba Rani tidak bisa merasakan apa-apa. Kini tubuhnya sudah dimasuki roh. Musik jawa semakin mendayu dan terasa nikmat di telinga Rani. Beberapa menit, Bang Dul yang memimpin jalannya acara membuka kurungan tersebut.

Banyak yang bertanya-tanya, siapa gadis itu. Pipinya merah merona, dan pastilah wajahnya sangat cantik jelita. Rani keluar dengan menggunakan kacamata hitam, baju kebaya yang sangat indah di pakai tubuhnya membuat mata lelaki jelalatan. Hal itu membuat Kades kampung sebelah penasaran siapa gerangan gadis jelita itu.

Rani bergoyang ke sana kemari, sepertinya Bang Dul senang karena banyak yang memberi saweran malam itu.

***

“Kerja yang bagus, Rani. Ini bagianmu” ucap Bang Dul memberikan uang pada Rani. Rani terlihat kebingungan, apa yang sebenarnya sudah terjadi. Elis memperlihatkan video saat Rani tampil.

Baca Juga:  Indonesia Canangkan Gerakan Nasional Wujudkan Film Anak dan Keluarga

Ya Allah, apa aku kuat menjalani ini semua? Ibu, Ayah maafkan anakmu ini. Sungguh Rani bingung harus bagaimana? gumamnya dalam hati.

***

Waktu demi waktu berjalan. Nama Rini kini di kenal ke mana-mana. Rani sengaja meminta Bang Dul agar menggunakan nama Rini saja, jangan menggunakan nama aslinya. Bang Dul dan rombongan semakin banyak job saja, siapa lagi kalau bukan karena Rani.

Beberapa saat, Bang Dul bercengkrama serius dengan Rani. Lelaki itu menjelaskan keinginan Kades kampung sebelah yang kaya raya bahwa Kades ingin bertemu dengan Rani. Rani semakin takut, karena Kades itu selain dikenal kaya raya juga suka main wanita.

Ternyata benar, Rani bertemu dengan Kades itu setelah selesai tampil menghibur banyak orang. Rani di ajak masuk ke sebuah tempat yang sangat nyaman. Rani menduga jika tempat itu biasa digunakan lelaki tersebut untuk bermain-main dengan wanita.

Rani takut dan hanya menunduk.

Baca Juga:  Skrining Kesehatan Upaya Dini Untuk Pantau Kesehatan Siswa

Wajah Kades itu sengaja didekatkan ke wajah Rani. Rani merasakan hela napas lelaki tersebut lebih seperti mendesah. Tangan kades itu berusaha mendongakkan kepala Rani. Rani terpaksa tidak melawan karena kemauan Bang Dul, jika ia melawan, Bang Dul akan mengatakan bahwa nama Rini itu sebenarnya adalah Rani.

Kades itu semakin kurang ajar, tangannya mengelus rambut Rani, sesekali mencoba mengecup bibirnya. Rani mencoba menelan ludah sebelum akhirnya mencoba keluar dari tempat itu. Alhasil nihil. Kades itu berhasil menarik tangan Rani. Kini tubuh Rani sudah berada dalam dekapan lelaki iblis itu. Rani hanya menangis dan pasrah. Malam itu juga, bintang gemintang menyaksikan kepedihan yang teramat sangat dirasakan gadis malang itu, Rani.

 

Maesyuroh, lahir di Pemalang, Jawa tengah 11 Mei 2000. Kecintaannya pada dunia sastra sudah ada sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar.  Ia dapat dihubungi di: Email [email protected]

Related Posts

1 of 39