Kesehatan

Forum Obesitas Nasional Menyangkal Tips Diet ‘Paling Berbahaya’

NUSANTARANEWS.CO – Forum Obesitas Nasional (National Obesity Forum / NOF) akhirnya bereaksi setelah namanya digunakan sebagai perilis tips diet kontroversial minggu lalu.

Profesor Medis Inggris terkemuka menyerukan untuk tidak melibatkan NOF atas klaim yang menyatakan kepada publik supaya makan lebih banyak lemak, mengurangi karbohidrat dan tidak menghitung jumlah kalori sebagai saran diet, sebab saran tersebut sama sekali “tidak berdasar” dan “sangat berbahaya”.

Baca juga : Makanan Penuh Lemak Ternyata Dapat Menurunkan Obesitas?

The Observer memberitakan email internal NOF yang menunjukkan bahwa anggota dewan tidak diberi kesempatan untuk menyetujui laporan sebelum dirilis ke publik.  Hanya saja, penulis Dr David Haslam dan Dr Aseem Malhotra bersama dengan Direktur NOF beserta beberapa Profesional medis pilihan lainnya, yang melihat laporan tersebut sebelum publikasi.

Dalam laporan email internal NOF menunjukkan adanya klaim Dr Haslam yang mengatakan dewan pada 12 Mei lalu telah berusaha mencari nasihat sebelum laporan itu diliris, tetapi gagal ia lakukan.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Dirikan Rumah Sakit Ibu dan Anak: Di Pamekasan Sehatnya Harus Berkualitas

NOF menyatakan rencananya untuk segera merilis sebuah pernyataan yang menjauhkan dewan dari beberapa anggota yang membentuk laporan dan temuan-temuannya tersebut. Dengan alasan apapun, klaim yang dibuat dalam laporan telah menimbulkan kontroversi di kalangan pakar kesehatan dan ahli diet, lantaran saran diet yang diliris atas nama NOF sangatlah berbahaya.

“Menyarankan orang harus makan lebih banyak lemak, memotong karbohidrat dan mengabaikan kalori bertentangan dengan dasar bukti yang luas dan interpretasi yang disepakati secara internasional,” tanggap kepala pengetahuan di Public Health Inggris, Profesor John Newman.

Public Health Inggris tetap merekomendasikan makananan yang mengandung karbohidrat, biji-bijian, porsi makan sehari dengan ketentuan 4 sehat 5 sempurna, dan mengurangi asupan makanan yang tinggi lemak jenuh, garam, gula dan kalori.

Sementara itu, British Dietetic association (BDA) juga menentang laporan yang menyarankan untuk meningkatan konsumsi lemak, termasuk lemak jenuh yang “sangat berbahaya untuk pasien” bahwak menyebabkan “kemungkinan efek samping yang tidak baik”.

Baca Juga:  DBD Meningkat, Khofifah Ajak Warga Waspada

Laporan NOF juga mengklaim bahwa diet ala Mediterania dengan mengurangi karbohidrat, tinggi lemak dan mengurangi ngemil adalah cara terbaik untuk mengontrol diabetes tipe 2.

“Memotong kelompok makanan bisa menyebabkan masalah gizi termasuk kekurangan gizi dan mempengaruhi kontrol gula darah, terutama pada individu-individu yang mengkonsumsi obat tertentu atau insulin,” BDA menerangkan.

BDA menilai bahwa para penulis laporan itu tidak memiliki bukti yang cukup untuk membuat klaim yang kontroversial, yang memiliki potensi untuk membingungkan masyarakat bahkan berpotensi mendatangkan risiko bagi kesehatan yang membahayakan mereka.

“Hal ini tidak membantu NOF untuk membuat klaim tidak berdasar tersebut. Sementara catatan tertulis atas nama NOF mengaku berbasis bukti, bukti yang terbatas dan tidak melaui penitinjauan komprehensif. Hal ini hanya menambah kebingungan masyarakat dan dapat berpotensi merusak kesehatan masyarakat,” tambah BDA.

Menanggapi sekian reaksi publik, Dr Haslam tetap membela laporannya dan mengklaim bahwa anggota dewan itu sebenarnya memiliki kesempatan untuk membahas laporan tersebut lengkap dengan peninjauan lanjutan sebelum publikasi.

Baca Juga:  RSUD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Buka Depo Farmasi Rawat Jalan 2: Meningkatkan Pelayanan dan Kemudahan Bagi Pasien

Dr. Haslam juga mengatakan bahwa pihaknya telah menerima bnayak pujian yang “luar biasa” sekaligus kritik untuk laporan yang dipublikasikan.

“Benar-benar luar biasa pesan-pesan berupa ucapan selamat dari para profesional kesehatan. Bahkan dari kalangan koter, peneliti, dan akademisi yang memiliki sertifikasi menangani pasien, hampir 100 persen yang memberikan dukungan,” ujar Dr Haslam seperti dikutip The Observer. (PA/MRH)

sumber: indpendent

Related Posts

1 of 3