Berita UtamaEkonomi

Forum Ekonomi Dunia Paksa Perubahan Global

NUSANTARANEWS.CO – Seorang profesor manajamen bisnis, Sydney Finkelstein memberikan catatan kritis mengenai World Economic Forum (WEF) yang pada pertengahan Januari lalu melangsungkan pertemuan di Davos, Swiss. Ia membuat sebuah catatan lain dari pertemuan di Resor Ski, Davos di mana hampir semua analis dunia optimis dengan langkah-langkah yang diambil WEF dalam memperbaiki perekonomian global.

Diketahui, pertemuan WEF di Davos cukup mengejutkan. Sebab, Presiden Cina Xi Jinping justru tampil sebagai sosok yang diistimewakan. Berbekal pertumbuhan ekonomi China yang tinggi, Xi disambut bak tamu kehormatan dalam forum yang didirikan Klaus Martin Schwab itu. Mengusung tema ‘Kepemimpinan yang Responsif dan Bertanggung Jawab’, WEF dihadiri sejumlah pemimpin negara, pebisnis, bankir dan kaum akademis.

Tapi, Sydney Finkelstein mengkritik keras WEF. Dekan Fakultas Tuck Tuck Executive Program (TEP) di Tuck School of Business di Dartmouth College ini menilai bahwa WEF hanyalah sebuah forum yang memfasilitasi kepentingan kepentingan ekonomi dan perdagangan sebagian negara saja serta sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemajuan atau penyelesaian masalah-masalah paling sulit di dunia.

Baca Juga:  KPU Nunukan Gelar Pleno Rekapitulasi Untuk Perolehan Suara Calon Anggota DPR RI

“Sejujurnya, ketidakrelevanan acara tersebut dalam mendukung pencarian solusi secara bersama-sama atas isu-isu global dilampaui oleh simbolisme mendalam dari para elit global yang berkumpul di tempat terpencil di pegunungan Swiss,” demikian tulis Finkelstein di BBC.

Bagi Finkelstein, WEF tak lebih hanyalah wadah untuk para para kepala negara dan CEO perusahaan yang berlomba mendapatkan akomodasi terbaik dan dilihat orang penting lainnya. Revolusi Industrial Keempat hanyalah label yang digunakan WEF untuk mendeskripsikan perubahan besar yang didorong oleh teknologi digital, kecerdasan buatan dan robotika. Kesemuanya digaungkan untuk memenuhi ambisi mereka merubah haluan dunia sesuai dengan kepentingan kapital yang telah dipersiapkan mereka sebelumnya.

“Maafkan jika saya tidak terlalu terkesan dengan orang-orang di Davos. Mereka berakting dalam sandiwara yang kompleks, dilihat dalam usaha membantu dunia menjadi tempat yang lebih baik. Namun orang-orang yang saya temui setiap hari, mereka tidak berakting. Mereka bekerja. Dan saya tentu memilih bekerja daripada berakting,” cetus Finkelstein.

Baca Juga:  Ketum Gernas GNPP Prabowo Gibran Deklarasikan Pemilu Damai Jaga NKRI Bersama 163 Komunitas Relawan

Selain itu, Finkelstein menuturkan bahwa kaum elit global sedang mengalami krisis. Terlepas dari sentimen populis yang menciptakan perubahan politik yang tidak diharapkan banyak orang. Ia tidak membayangkan kaum elit akan kehilangan kekuasaan mereka, karena kekuasaan mereka sungguh luar biasa. Kepala pemerintahan, pemilik perusahaan besar, presiden organisasi nirlaba dan LSM memiliki alat yang lebih dari cukup untuk mereka mempertahankan kekuasaan dan melakukan apa yang mereka kerjakan.

“Hal yang paling produktif dari pembicaraan Davos mengarah ke perjanjian-perjanjian yang menguntungkan para pembuat perjanjian itu,” ujarnya.

Menurutnya, ketika perjanjian-perjanjian itu menjadi global, perubahan iklim misalnya ada kemungkinan kecurangan dan permainan yang dilakukan para pemangku kepentingan. Atau mereka menciptakan kerusakan tambahan yang tak pernah menjadi bagian dari penawaran yang dibayangkan – perjanjian dagang global misalnya – mereka membantu menciptakan revolusi virtual global. Saksikan bagaimana pasar terbuka disalahkan atas ketimpangan besar-besaran di AS dan terbukanya imigrasi di Inggris.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan dan Unhas Makassar Tandatangani MoU

Akhirnya, Finkelstein mengatakan bahwa WEF adalah forum yang hanya membuat janji-janji dan memaksa publik dunia untuk percaya dengan langkah yang diambil para pemangku kepentingan.

“Tak ada yang bisa terjadi tanpa kepercayaan, dan ternyata kepercayaan tidak begitu saja terwujud ketika orang-orang berkuasa berbicara di vila di Swiss. Kepercayaan muncul dari interaksi antara dua orang atau lebih dan orang-orang itu melakukan apa yang mereka katakan akan lakukan. Tidak perlu sempurna, atau tidak perlu berusaha mencari solusi sempurna. Mereka hanya perlu melakukan apa yang mereka katakan akan lakukan,” kata dia.

Yang terpenting, ujar Finkelstein, orang kalau mau melaukan perubahan ia harus melakukannya sendiri, semampunya serta riil dikerjakan. “Jadi jika raksasa pemerintah, industri dan LSM tidak dapat melakukannya, bagaimana Anda mengubah dunia? Bagaimana Anda membuat hidup lebih baik? Saya menanyakan pertanyaan ini ke barista favorit saya, dan dia berkata: ‘Apakah Anda menyukai espresso Anda hari ini? Saya menyukainya,” Finkelstein mengilustrasikan. (Sego)

Related Posts

1 of 459