NUSANTARANEWS.CO – Ketua Forum Konstitusi dan Demokrasi Ismadani Rofiul Ulya mengatakan terlalu jauh jika pemerintah menetapkan full day school sebagai kebijakan yang harus diterapakan di setiap sekolah.
Pria yang akrab disapa Ismadani ini mengungkapkan kebijakan pemerintah itu menetapkan kurikulum wajib bukan mengatur waktu anak-anak kita sekolah.
“Fullday ini kan semacam ekstrakulikuler, pelajaran tambahan diluar kurikulum wajib. Biasanya fullday di isi dengan peningkatan softskill seperti memasak, bahasa asing, basket, musik, pramuka, teater, tari adat, dan lain sebagainya itu kan sudah jadi kebijakan sekolah bukan pemerintah,” paparnya di Tanggerang, Sabtu (13/08).
Menurutnya, masing masing daerah memiliki kultur, budaya yang berbeda, kalau di Jakarta yang orang tua bekerja dari pagi sampai sore terus anaknya disekolahkan sehari penuh ya sah-sah saja. Toh banyak di Jakarta sekolah yang liburnya sabtu minggu. Jadi sudah sendirinya sekolah menyesuaikan jadwalnya sesuai keadaan.
“Untuk menerapkan full day school kan tidak bisa disama ratakan, untuk sekolah dengan sarana prasana lengkap mungkin tidak ada kendala, namun dari sekian puluh ribu sekolah berapakah yang sudah siap? Tentu ini juga menjadi hal yang harus diperrtimbangkan”
Kalau di luar Jakarta yang sekolah dari senin sampai sabtu trus harus diadakan full day tentu banyak orang tua yang keberatan, sang anak pun juga banyak yang mengeluh karena mereka perlu waktu untuk bermain dan kegiatan lain selain sekolah.
Dalam teori HAM negara yang semakin banyak mengebiri kebebasan masyarakatnya berarti semakin rendah penegakan HAM nya. Teori ini disebut juga Hak Negatif.
“Pemerintah seharusnya dalam mengeluarkan kebijakan tidak semerta merta karena pengalaman pribadi atau kepentingan segelintir kelompok saja, namun harus dilakukan kajian dan penelitian yang kuat sehingga kebijakannya tidak cacat dan memang benar-benar d butuhkan masyarakat” tuturnya.
Sebelumnya, Menteri pendidikan dan kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan akan tetap menjalankan sekolah sehari penuh atau yang lebih populer dengan istilah “full day school” meskipun banyak yang menentangnya.
Menurut Ismadani pendidikan kokurikuler itu berkaitan dengan pendidikan karakter tingkat SD dan SMP. (Uul/Red-02)