Budaya / SeniKreativitas

Film “Hujan Bulan Juni” di Mata Sutradara dan Cerita Sang Produser

NusantaraNews.co – Sebermula, “Hujan Bulan Juni” merupakan judul puisi karya penyair Indonesia Sapardi Djoko Damono (SDD). Puisi pendek, lugas, tegas, indah, kuat dan bersahaja itu menjadi salah satu puisi romantis yang paling banyak digandrungi pembaca Indonesia. Berikut ini puisi Hujan Bulan Juni yang sekaligus menjadi judul antologi puisi yang terbit tahun 1994:

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Satu dekade kemudian, judul puisi sekaligu judul buku puisi sastrawan terkemuka itu ditulisnya menjadi judul novel yang mengisahkan hubungan percintaan seorang lelaki sederhana dan kaku bernama Sarwono dengan dosen muda sastra Jepang Univesitas Indonesia (UI) yang mendapatkan kesempatan belajar ke Jepang selama dua tahun, bernama Pingkan. Pingkan sendiri merupakan perempuan berdarah blasteran dari dua suku: Jawa (Solo) dan Minahasa (Menado).

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Antropolog adalah sebutan yang pantas begi Sarwono. Dari dosen seniornya, Sarwono mendapatkan tugas yang membuatnya sibuk melakukan hal-hal sebagai peneliti. Singkat cerita, lantaran intensitas pertemuan, Pingkan dan Sarwono pun saling jatuh cinta. Tak peduli satu kendala yakni takdir: berbeda agama. Ada yang unik dari kisah mereka. Tak seperti percakapan percintaan pada umumnya, Pingkan dan Warwono terbiasa dengan obrolan remeh-temeh. Malah, dari obrolan remeh itulah keromantisan di antara keduanya kian menjadi.

Layar Lebar

Begitu mengispirasinya novel Hujan Bulan Juni, seorang sutradara Reni Nurcahyo Hestu Saputra tertarik untuk menyutradarai novel itu menjadi sebuah film layar lebar. Film dengan judul yang sama itu akan rilis 2 Noveber mendatang. Sebagai sutradara, Reni Nurcahyo Hestu Saputra menilai bahwa film yang diangkat dari novel SDD itu tan hanya soal cinta dan rasa, melainkan ada makna yang lebih personal yaitu kehadiran suatukomitmen pilihan dan tanggung jawab.

Reni pun mengaku, jika tugasnya adalah adalah mengalihwahanakan puisi dan novel ke dalam bentuk film layar lebar selalu menemukan tantangan dan pencapaian kreatif baru. Tentu saja, hal itu butuh kerja keras optimal.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Singkatnya, film ini tentu saja bercerita tentang hubungan Pingkan (Velove Vexia) dan Sarwono (Adipati Dolken) yang galau setelah ia tahu jika Pingkan akan pergi ke Jepang untuk program beasiswa. Sarwono tak dapat membayangkan bagaimana dia akan menjalani hari-hari tanpa sosok perempuan yang senantiasa ada di sampingnya.

Sang Sutradara menegaskan, sebagai film dengan pendekatan komunikatif tidak mudah direalisasikan dengan desain kreatif yang sudah direncanakan agar hasilnya bisa diterima penonton dan awal lahirnya gagasan, terbentuk melalui kejujuran bertutur pada serapan makna atas kehadiran puisi “Hujan Bulan Juni” yang dibaca.

“Kejujuran itu juga pergumulan kreatif yang saya ciptakan ke dalam konsep penyutradaraan film ini. Konsep ini kemudian dikuatkan dengan dasar cerita dari novel Hujan Bulan Juni sebagai latar belakang embrio puisi tema serupa karya Sapardi Djoko Darono,” ucap Reni di Manado, Senin (23/10/2017) seperti dikutip dari Antara.

Tanda Tangan dan Izin

Produser Avesia Soebli berkisah awal novel SDD ini akan diangkat ke layar lebar. Pada suatu sore, Avesia mulai bercerita, usai mengikuti salah satu mata kuliah di pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ), ia menyapa empunya Novel Hujan Bulan Juni dan menyodorkan novel “Hujan Bulan Juni” untuk ditandatangani. “Sambil menyodorkannya saya berkata: izinkan saya memfilmkan novel ini,” tutur Avesia.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Persinggungan secara fisik dengan SDD, lanjut dia, baru dua semester. Meski begitu, puisi-puisi SDD sering dibacakannya dalam berbagai lomba sajak ketika masih remaja. “Betapa bahagianya saya ketika pak Sapardi menjawab silakan dan menjabat tangan saya,” kenangnya.

Setelah mendapatkan restu SDD, Avesia harus mempertanggungjawabkan proses alihwahana ini. Dalam menggarap film “Hujan Bulan Juni”, Avesia ditemani sederetan nama seperti Rayi Aurora (pecinta puisi), Reni Nurcahyo Hestu Saputra (sutradara), Titien Watimena (penulis skenario), Tina Talisa (Sinema Imaji) dan Chand Parwes Servia (Starvision).

Penulis/Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts