Politik

Femonena Golput Hantam Telak Kubu Jokowi

romahurmuziy, jokowi, kpk, nusantaranews
Ketum PPP Romahurmuziy dan Joko Widodo. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Fenomena Golput dinilai menghantam telak kubu Jokowi dalam menghadapi Pilpres 2019.

Berbagai lembaga survei telah merilis kemenangan bagi pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Tapi, angka elektabilitas capres-cawapres nomor urut 01 ini tak pernah menyentuh titik aman elektabilitas (60%). Hal ini dinilai merupakan peringatan yang cukup keras bagi kubu petahana.

“Kebijakan-kebijakan pemerintah selama 4.5 tahun ini sebetulnya yang menyebabkan elektabilitas Jokowi tak pernah menyentuh elektabilitas di atas 60%,” kata Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM), Bin Firman Tresnadi, Jakarta, Senin (1/4/2019).

“Bahkan dalam survei terbaru IDM (belum dirilis) menyebutkan sebanyak 58.2% responden mengatakan pemerintahan saat ini menuju arah yang salah,” tambah dia.

Atas kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut, kata dia, migrasi pemilih pun tak terhindarkan. Terutama dari masyarakat yang terkena dampak langsung kebijakan-kebijakan Jokowi selama memimpin.

“Seperti buruh yang dirugikan oleh PP 78, petani yang menjerit lantaran impor, maupun masyarakat lain yang terpinggirkan akibat proyek infrastruktur Jokowi. Belum lagi kasus korupsi di lingkaran inti Jokowi, menambah deret kekecewaan masyarakat,” jelas Firman.

Baca Juga:  Asisten Administrasi Umum Nunukan Buka Musrenbang Kewilayahan Dalam Rangka Penyusunan RKPD Tahun 2025

Menurutnya, dalam situasi seperti itu beberapa kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dipelopori oleh YLBHI, LBH Jakarta dan lainlain mendeklerasikan Golput.

“Pada pemilu 2014 lalu, walapun secara organisasi LSM-LSM tersebut tidak menyatakan dukungan terhadap Jokowi, tapi tokoh-tokoh mereka hampir semuanya berdiri di belakang Jokowi,” terangnya.

Tentu saja, kata dia, deklarasi Golput tersebut menghantam telak kubu Jokowi dan membuat mereka meradang. Karena mereka sadar, seruan Golput ini akan disambut oleh masyarakat yang kecewa terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.

“Dan membengkaknya angka Golput berarti kekalahan Jokowi. Karena kita tahu selisih Jokowi dengan Prabowo pada Pilpres 2014 hanya sekitar 6.3% saja,” papar Firman.

Karena itu, lanjut dia, jangan heran jika menjelang pencoblosan ini kubu petahana akan terus menerus mendeskriditkan Golput. Bahkan hendak mengusirnya dari tanah airnya sendiri.

“Dan jika Jokowi benar kalah, maka yang menjadi kambing hitam adalah Golput,” pungkasnya.

(eda)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,216