NUSANTARANEWS.CO – Di dalam masyarakat, terkadang kita memiliki banyak persepsi mengenai kasih sayang orang tua terhadap anak mereka. Misalnya banyak di antara masyarakat kita yang beranggapan bahwa anak bungsu (terakhir) menjadi anak yang paling dimanjakan. Ada juga yang memiliki persepsi bahwa anak laki-lakilah yang selalu menjadi dambaan orang tua dan lain sebagainya.
Terlepas dari semua persepsi yang berkembang di masyarakat mengenai anak, sebuah studi baru mengatakan anak paling kecil (bungsu) ternyata lebih cenderung menjadi anak favorit bagi orang tuanya.
Namun, sebenarnya semua tindakan yang cenderung dilakukan oleh sebagian orang tua yang seaakn memfavoritkan anak bungsunya tersebut kemudian menimbulkan rasa atau pandangan pilih kasih yang dapat dirasakan oleh anak-anak lainnya, atau orang lain.
Dilaporkan The Independent, periset dari Pusat Kajian Kehidupan Keluarga Universitas Brigham Young telah menyimpulkan bahwa pilih kasih sebenarnya hanya ada di mata orang yang melihatnya.
Intinya, hal yang dapat terjadi adalah jika saudara kandung (kakak-kakak) anak terakhir sepakat atau merasa bahwa adik mereka itu adalah favorit dan orang tua mereka setuju, maka hal ini akan berimbas pada hubungan orang tua dan anak-anaknya yang semakin kuat. Akan tetapi jika kakak mereka tidak menganggapnya favorit, maka hal sebaliknya akan terjadi yaitu lemahnya hubungan antara orang tua dan anak-anaknya.
Sedangkan bagi anak-anak selain anak bungsu, tidak terlalu berpengaruh apakah ia menjadi yang paforit atau tidak terhadap hubungan mereka dengan orang tua mereka.
Para periset percaya bahwa hal tersebut dikarenakan perbandingan sosial, dengan adik-adik lebih menentukan pada membandingkan diri mereka dengan saudara mereka yang lebih tua.
“Bukannya anak sulung tidak pernah memikirkan saudara mereka dan diri sendirimengacu pada mereka,” kata Alex Jensen dari BYU School of Family Life.
Menurut anak terakhir menjadikan seluruh anggota di kelauarganya sebagai figur termasuk kakak-kakaknya. Hal yang sangat sering terjadi adalah bahwa orang tua terkadang mengarahkan anak bungsu mereka untuk mengikuti jejak kakaknya, mulai dari sikap yang baik, prestasi yang bagus dan lain sebagainya.
Namun, itu tidak berlaku sebaliknya. “Mungkin jarang orang tua akan mengatakan kepada anak mereka yang lebih tua, ‘Mengapa tidak menjadi seperti adik anda?’ Ini lebih mungkin terjadi sebaliknya,” jelas Jensen.
Para periset menari kesimpulkan dari hasil studi terhadap 300 keluarga dengan masing masing dua anak usia remaja, bahwa para peneliti menemukan secara keseluruhan anak-anak memiliki lebih banyak kedekatan dan lebih banuak konflik pula dengan ibu merekam, namun serupa dalam hal tingkat perubahan hubungan antara ibu dan ayah.
Mereka yakin bahwa penelitian tersebut juga akan menemukan hasil serupa bila dilakukan terhadap keluarga dengan jumlah anak yang lebih banyak.
Lalu sebagai orang tua mungkin anda akan bertanya tentang bagaimana sebaiknya bersikap kepada anak-anak anda agar hubungan antara anda dengan anak-anak anda menuju arah yang terbaik. Jensen mengatakan memperlakukan anak-anak anda secara sama juga tidak selalu merupakan cara pendekatan yang terbaik.
Beberapa orang tua mungkin merasa bahwa mereka harus memperlakukan anak-anaknya secara sama.
“Apa yang akan saya katakan adalah, ‘Tidak, anda perlu memperlakukan mereka dengan adil, tetapi tidak sama.’ Tidak masalah jika anda memusatkan perhatian padanya untuk memperlakukan mereka secara berbeda karena mereka adalah orang yang berbeda dan kebutuhan yang mereka miliki pun berbeda.”
Jadi, sekarang para orang tua tidak perlu khawatir bahwa mereka tidak dapat memperlakukan semua anaknya sama, tetapi yang harus tetap menjadi prinsip bagi para orang tua adalah adil dan berdasarkan pada kebutuhan masing-masing anak.
Penulis: Riskiana
Editor: Romandhon