NUSANTARANEWS.CO – Pemerintah akan kembali melakukan penetapan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 1 Oktober 2016 sesuai kebijakan evaluasi setiap tiga bulan sekali. Menanggapi ini, ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Faisal Basri memprediksi harga BBM jenis premium dan solar akan turun.
Menurut Faisal, pemerintah akan menurunkan harga BBM karena kondisi tiga faktor penentu yang membaik. Ketiganya yakni harga minyak dunia yang masih menurun, nilai tukar rupiah menguat, dan inflasi rendah.
“Kemungkinan besar tidak naik, karena tiga komponen membaik. Harga minyak masih di bawah USD50/barel bahkan mendekat ke USD40/barel. Kemudian dengan kurs menguat mengarah ke Rp 13.000/USD dan ditambah lagi inflasi rendah, bayangin inflasi nyungsep di bawah 3% ke 2,8%,” ujar Faisal di Penang Bistro Jakarta, Senin (26/9).
Harga premium, lanjut Faisal, masih saja kemahalan hingga sekarang. Bahkan harganya lebih tinggi dari BBM setara pertamax plus di Malaysia.
“Ditambah lagi fakta premium kita sudah sangat mahal. Harga premium lebih mahal dari pertamax plus di Malaysia, kira-kira Rp 5.900 pertamax plus di Malaysia,” tandas Faisal.
Kenyataan tersebut membuat Faisal terus mengingatkan pemerintah harus menurunkan harga BBM. PT Pertamina juga diminta tidak terlalu ikut mencampuri soal harga BBM subsidi.
“Tidak ada alasan untuk menaikan (harga) premium, bahkan sekarang Pertamina untung besar, jadi jangan terkesan Pertamina yang ngatur, Pemerintah diam. Seharusnya negara yang atur, Pemerintah yang atur naik atau turun,” pungkas Faisal.
Adapun pemerintah terakhir menetapkan harga BBM periode 1 Juli hingga 30 September 2016 untuk solar subsidi sebesar Rp 5.150/liter. Sementara harga premium Rp 6.450/liter. (Andika)