Budaya / SeniPuisi

Fahri Hamzah Menulis Puisi Untukmu: Kau Ingin Dikenang Sebagai Apa?

fahri hamzah, garbi, kegelisahan, nusantaranews
Fahri Hamzah. (Foto: Instagram/Fahri Hamzah)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menulis puisi panjang di Twitter. Puisi berjudul “Puisi Untukmu” ditulis pada Kamis, 27 Juni 2019.

Fahri tidak menyebut puisi itu ditujukan khusus kepada sosok siapa. Namun yang pasti pada bait puisi tersebut tertulis: “Karena kau ingin dikenang sebagai apa?”

Berikut ini kutipan lengkap puisi Fahri Hamzah:

Aku menulis puisi untukmu

Karena Kau datang,
Membawa berita duka dari dalam hatimu
Tentang keputusasaan
Dan ketidaksanggupan menghadapi kenyataan
Kerapuhan,
Akibat perasaan dikhianati,
Kau datang mengabarkan Tragedi dan perasaan hampa

Bibirmu bergetar.
Seperti tak sanggup melukis perasaan.
Mata memerah dan melelehkan gerimis frustrasi
memar hatimu.
Luka yang tak sanggup kau bawa pergi.
Hatimu seperti berdarah.
Terasa, ada sakit yg melukis murung wajahmu yang tak pernah terjadi
tak pernah kau begini.

Dan kau meminta pendapatku
Aku terdiam
Aku memandang langit
Aku menarik napas panjang
Menoleh ke belakang
Apa yang terjadi pada kita?
Mengapa kita begitu kecewa?
Apakah wajar sikapmu?
Aku pun tak mudah memahami apa yang kita alami

Tapi Aku berbisik pada diriku
aku bertanya dalam hati
tak ingin kuperdengarkan padamu
Sesempit itukah dunia ini bagi kita?
Apakah kita tidak punya pilihan?
Apakah di balik semua ini tak ada maksud baik ilahi?

Kau memaksaku berkata sebagai pelepas dahaga jiwamu yang dirundung duka
Dan kukatakan padamu kawan
Pandanglah langit
tariklah napas panjang
Pulanglah dan temuilah belahan jiwamu
Peluklah kekasih hatimu
bawalah pulang sekuntum senyum

Jadilah kau yang paling kuat
Jadilah yang paling tegar
Jangan tampakkan luka meski hatimu berdarah
jangan bersedih di depan manusia
jangan menangis di depan hamba
tumpahlah di depan yang maha luas dan kuasa

Tanggunglah semua beban luka dan telanlah pahit yang paling getir
Sebab sakit ini akan terus terasa jika kau tak sandarkan diri padaNya
dan apabila kau lemah, lalu siapa yang menanggung luka saudara-saudara kita?

Apakah telah berkata benar?
Kau masih marah?

Bolehkah kita marah?
Untuk apa?
Mengapa keadaan menentukan kita bahagia atau kecewa?
Mengapa perjuangan mengenal jera?
Mengapa kita terguncang?
Mengapa kita lemah?
Aku tak mau
Biarlah luka ini pertanda bahwa perjuangan itu harus selalu ada
Waktu terus berlari

Takkan terasa
Dunia takkan mudah bagi yang lemah kawan.
Dunia akan selalu nyata
Apa Yang kita tanam, itu yang kita petik
suka atau tidak
itu akan terjadi pada siapapun
Maka apakah ada guna menyesal?
Apakah kita punya waktu untuk kecewa?

Persiapkan saja untuk esok
Bila lebih banyak luka
Hadapilah
Bila luka tetap menganga
Hadapilah
Jangan lari jika dihadang
Jangan takut menghadapi kenyataan!

Karena kau ingin dikenang sebagai apa?
Lukiskan itu sekarang
Ini saat yang terang!

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,169