NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah melanjutkan pendangannya terkait strategi politik yang disebut dengan ‘jualan ketakutan’. Stategi tersebut di tahun politik 2018-2019, kata Fahri, dimainkan oleh satu kelompok sebagai modus untuk menguasai ingatan dan mood politik masyarakat supaya tidak memilih Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Strategi atau modus tersebut, lanjut Fahri, sebelumnya digunakan oleh kelompok yang sama untuk menolak Anies Baswedan pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 lalu. Namun terhadap Anies, modus tersebut gagal dan kini diterapkan untuk menolak Prabowo.
Simak:
- Fahri Hamzah Sebut Amien Rais Jangkar Kekuatan Politik Islam Rasional
- Amien Rais Diserang, Fahri Hamzah: Untuk Kepentingan Sejarah Saya Bongkar!
- SBY Dirumorkan Setengah Hati Dukung Prabowo, Fahri Hamzah: yang Benar SBY Sedang Memainkan Perannya
Menurut Fahri, sebagai warga negara, sudah seharusnya untuk menetralisir imajinasi dan mood politik publik. Supaya, kata dia, perdebatan pada awal tahun 2019 mendatang benar-benar dicerna dengan akal sehat dan tanpa rasa takut. “Kita tentu ingin melihat kapasitas pemimpin apa adanya. Jangan besar bayang dari orangnya,” tegas Fahri.
Pernyataan tersebut, Fahri kemukakan di akun twitternya, @Fahrihamzah, Kamis, 27 Desember 2018. Selengkapnya simak kultweet Fahri Hamzah ini:
Saya ingin tuntaskan tulisan tentang #JualanKetakutan di 2018 yg dimainkan oleh satu kelompok sebagai modus untuk menguasai ingatan dan mood politik publik. Sekarang mood itu dipakai untuk menolak @prabowo setelah gagal mereka pakai untuk menolak @aniesbaswedan 2017 lalu.
— #FahriHamzah2024 (@Fahrihamzah) December 27, 2018
Saya ingin tuntaskan tulisan tentang #JualanKetakutan di 2018 yg dimainkan oleh satu kelompok sebagai modus untuk menguasai ingatan dan mood politik publik. Sekarang mood itu dipakai untuk menolak @prabowo setelah gagal mereka pakai untuk menolak @aniesbaswedan 2017 lalu.
Sebagai warga negara kita perlu menetralisir imajinasi dan mood publik. Agar perdebatan pada awal tahun 2019 nanti benar2 dicerna dengan akal sehat dan tanpa rasa takut. Kita tentu ingin melihat kapasitas pemimpin apa adanya. Jangan besar bayang dari orangnya. #PemiluSehat
Dalam Pilkada Jakarta, hampir saja rasa takut menyebar tidak saja di ibukota. Tapi diseluruh nusantara. Hampir saja perpecahan akibat Pilkada di satu titik menjadi beban seluruh bangsa. Di sini Sy katakan apresiasi kepada @AgusYudhoyono dan mpok Sylvi di tengah. #PemiluSehat
Alhamdulilah, akhirnya pemilu kepala daerah ibukota berlangsung relatif aman. Meski residunya muncul di mana2. Suatu hari saya ke menado, saya dihadang oleh sekelompok orang bersenjata, ustad UAS, Ust Zul, dll juga kena akibat padahal kami semua bukan tim sukses. #PemiluSehat
Kita yang bersaudara jadi bersengketa padahal kita tidak punya hubungan apapun dengan Pilkada, nyoblos juga tidak. Tapi itulah, rasa takut membuat kita menjadi tidak rasional dan itu target mereka. Mereka tidak mau pemilih itu cerdas, mereka bikin kita gila. #PemiluSehat
Dalam Pilkada Jakarta, digambarkan seolah2 kalau Anies-Sandi menang, ibukota akan jadi tempat bahaya. Jakarta akan penuh intoleransi karena swiping akan ada di mana-mana dan orang berjubah sorban akan melakukan sembarangan melakukan razia. #PemiluSehat
Pilkada Jakarta digambarkan seolah sebagai momen yang sempurna bagi persekongkolan kelompok2 intoleran dan anti kebhinekaan. Di dalamnya ada @prabowo , @aniesbaswedan @sandiuno dan para ulama yang anti NKRI. Begitulah kecemasan dipompa jadi komoditi politik. #PemiluSehat
Alhamdulilah , @aniesbaswedan dan @sandiuno memimpin ibukota, tidak ada masalah. Kedua pemuda putra bangsa yang cemerlang itu membuat kita bangga. Mereka punya pergaulan dunia. Wajarlah pada mereka terhambat optimisme bangsa ini. #PemiluSehat
Bung @aniesbaswedan adalah sahabat saya sejak mahasiswa. Dia aktif Ika Jogja yg berbakat. Kalau datang dari Jogja sebagai ketua senat mahasiswa UGM kami jumpa dan berdiskusi situasi pergerakan mahasiswa di Salemba. Memang dia mahasiswa cerdas. Sekolahnya bener. #PemiluSehat
Suatu hari di tahun 1997 sebelum meletus aksi2 mahasiswa kami mengundang pak Amien Rais untuk berbicara di Cikini, Taman Ismail Marzuki. Kami naik bajay bertiga pak Amin dari pusat PP Muhammadiyah di Menteng. Kami bersemangat mendengar ide suksesi. #PemiluSehat
Jadi kalau hari ini ia menjadi pemimpin itu sudah bener. Jalur dia memang aktivis. Rasanya Jakarta sekarang tenang dalam pimpinan beliau. Itu pula sebanya #Pemilu2019 juga relatif hangat karena ibukota tidak menyulut api seperti sebelumnya. #PemiluSehat
Kombinasi @aniesbaswedan dan @sandiuno ideal bagi ibukota. Kota ini nampak berkelas dan dialognya sehat. Kini @sandiuno dipilih mewakili @prabowo untuk memimpin negara tahun depan, mari kita pilih secara waras kandidat kita masing2. Jangan cemas. #PemiluSehat
Jangan percaya kepada kelompok provokator yang menganggap Indonesia di bawah @prabowo dan @sandiuno akan jadi mundur, intoleran dan anti kebhinekaan. Sebab orangnya sama saja. Mereka bohong di ibukota dan mereka mau bohong di seantero negara. Jangan percaya. #PemiluSehat
Sejak peralihan rezim otoriter hingga amandemen konstitusi 4 kali sampai sekarang, Indonesia telah dipimpin oleh akal sehat. Kekuasaan sebesar apapun akan kita kendalikan. Kecuali yg tidak punya akal sehat. Bikin sulit pengendalian. #PemiluSehat
— #FahriHamzah2024 (@Fahrihamzah) December 27, 2018
Sejak peralihan rezim otoriter hingga amandemen konstitusi 4 kali sampai sekarang, Indonesia telah dipimpin oleh akal sehat. Kekuasaan sebesar apapun akan kita kendalikan. Kecuali yg tidak punya akal sehat. Bikin sulit pengendalian. #PemiluSehat
Seperti ibukota, mari optimis dengan #pemilu2019amandandamai dan insya Allah jangan mau dibikin cemas. Pilkada DKI telah membuktikan bahwa bangsa ini waras. Itu saja. #PemiluSehat
Baca Juga:
- Kecewa Berat Dibohongi, Fahri Hamzah: Aku tak Bisa Memaafkan Kebohongan
- Fahri Hamzah Komentari Pernyataan ‘Saya Bangga Sebagai Muslim Indonesia’ dari Prabowo di Reuni 212
- Fahri Hamzah Ajak Pemuda Dari 34 Provinsi Imajinasikan Indonesia
Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana