Fadli Zon Soroti Sejumlah Data Ngawur Jokowi di Debat Kedua Capres

Presiden Joko Widodo berpidato di GOR JAtidiri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019). (Foto: Muh Nurcholis/NUSANTARANEWS.CO)

Presiden Joko Widodo berpidato di GOR JAtidiri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019). (Foto: Muh Nurcholis/NUSANTARANEWS.CO)

ekonomi makro, menteri pencetak utang, menteri keuangan, sri mulyani, jumlah utang, prabowo subianto, nusantaranews
Presiden Joko Widodo berpidato di GOR JAtidiri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019). (Foto: Muh Nurcholis/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sejumlah data yang disampaikan Jokowi dalam debat kedua capres kini menjadi sorotan berbagai kalangan. Salah staunya soal impor jagung. Dalam debat, Jokowi mengklaim impor jagung saat ini hanya 180 ton.

Namun, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor jagung sepanjang 2018 mencapai angka 737.228 ton dengan nilai US$150,54 juta.

“Menurut saya, penggunaan data-data bodong dan ngawur semacam itu sangat berbahaya. Bagaimana bisa pemerintah merumuskan kebijakan publik yang benar, jika rujukan data saja salah dan bermasalah?,” ucap wakil ketua DPR RI, Fadli Zon, Jakarta, Selasa (19/2/2019).

Baca juga: 8 Kerugian Akibat Kebijakan Impor Pangan

Baca juga: Februai 2018 Ekspor Jagung 57.650 Ton, November Impor 100 Ribu Ton

Fadli mengatakan, Jokowi juga melakukan blunder dalam segmen pembahasan isu lingkungan, terutama mengenai rehabilitasi lahan tambang. Pernyataan Jokowi, kata dia, cenderung serampangan.

“Tak ada yang lebih berbahaya ketimbang pernyataan serampangan mengenai rehabilitasi lahan tambang. Dalam segmen pembahasan isu lingkungan, Jokowi menyatakan kalau lubang bekas tambang bisa dimanfaatkan untuk kolam ikan atau lokasi pariwisata. Itu adalah pernyataan menyesatkan,” katanya.

Lubang bekas tambang sudah jelas mengandung banyak polutan dan mineral berbahaya, kata Fadli Zon yang dikenla juga politisi Partai Gerindra.

Dia menguraikan Penelitian Jatam (Jaringan Advokasi Tambang) dan Waterkeeper Alliance yang dilakukan di Samarinda, Kutai Kertanegara, Kutai Timur dari 17 sampel air di kolam bekas tambang yang diteliti. “Sebanyak 15 sampel terbukti mengandung logam berat seperti alumunium, besi dan mangan,” ujarnya.

Tiga unsur tadi juga, kata dia, ditemukan di saluran irigasi yang mengalirkan air dari kolam tersebut. Artinya, kontaminasi logam beratnya bukan hanya terlokalisir di bekas area tambang, namun juga menyebar ke mana-mana. Apalagi pada musim hujan seperti sekarang ini.

“Jadi, pemanfaatan lubang bekas tambang untuk sektor lain bukanlah solusi. Gagasan ngawur semacam itu seharusnya tak pernah dilontarkan oleh seorang pejabat publik. Kengawuran tidak boleh disebarluaskan,” ujarnya.

Baca juga: Jokowi Disebut Curang Karena Serang Pribadi Prabowo

“Di mana-mana di seluruh dunia, lahan bekas tambang seharusnya direhabilitasi. Ada aturannya. Dan kita memiliki semua aturan itu. Butuh waktu lama agar lokasi-lokasi itu bisa dimanfaatkan kembali,” sambung dia.

Berkaca pada data-data tak sesuai fakta yang disampaikan Jokowi, Fadli Zon menuding petahana berupaya menarasikan kebohongan untuk kemudian diklaim sebagai suatu kebenaran.

“Dalam catatan saya, masih ada banyak data ngawur lain yang dikemukakan Jokowi dalam debat. Tak sesuai dengan fakta. Tapi hal ini saya lihat sudah banyak juga dibahas oleh orang lain,” katanya.

Sementara itu, dia mengklaim Prabowo Subianto berhasil menyampaikan pesan penting dan mengena sepanjang debat kedua capres.

“Pak Prabowo berhasil menyampaikan sebuah pesan penting mengena, bahwa seharusnya yang dibangun oleh pemerintah adalah infrastruktur untuk rakyat, atau ekonomi untuk rakyat, dan bukannya rakyat untuk infrastruktur atau rakyat untuk ekonomi,” sebutnya.

“Menghadapi Pak Jokowi yang sejak awal menjajakan data, Pak Prabowo memilih untuk menawarkan perspektif, sudut pandang, strategi menangani masalah,” lanjut dia.

Misal, tambah Fadli Zon, soal kebijakan penangkapan ikan, Prabowo menyatakan agar regulasi pemerintah seharusnya tidak merugikan nelayan tradisional. “Jangan sampai nelayan tradisional kita diregulasi seolah-olah mereka adalah korporasi serakah. Aturan semacam itu jelas salah alamat,” ucap Fadli Zon menirukan Prabowo.

(eda)

Editor: Eriec Dieda

Exit mobile version