NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan terkait letusan freatik dari Kawah Sileri, Gunung Dieng, Banjar Negara, Jawa Tengah pada Minggu (1/4) kemarin.
Diketahui, Kawah Sileri yang berada di dataran tinggi Dieng meletus. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini namun letusan kawah merusak tanaman kentang di sekitar kawah tersebut.
Dikatakan, jangkauan letusan Kawah Sileri mencapai jarak 100-200 meter. Sementara itu, Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan bahwa gas yang dikeluarkan dari letusan tersebut tidak berbahaya dengan radius bahaya 200 meter dari bibir kawah.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gas yang dikeluarkan dari letusan tersebut tidak berbahaya namun demikian untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat dan wisatawan tidak mendekati kawan Sileri dalam radius 200 meter dari kawah,” ujar Kepala PVMBG, Kasbani, Jakarta, Senin (2/4/2018).
Kasbani mengungkapkan, letusan Kawah Sileri tersebut mengeluarkan semburan lumpur dengan tinggi sekitar 150 meter. Dan setelah itu, kata dia, tak lagi ada letusan susulan.
Dia menambahkan, saat letusan terjadi diawali dengan keluarnya asap berwarna kelabu dengan ketinggian sekitar 90 meter, diikuti asap putih tebal, dengan tekanan asap kuat, tinggi sekitar 200 meter, dengan sebaran material lumpur sejauh sekitar 100 meter ke arah timur, 50 m ke arah utara, 200 m ke arah selatan, 100 m ke arah barat laut, dan 50 m arah barat.
“Dari hasil pengukuran gas di udara pada jarak sekitar 40 m dari pusat titik letusan freatik, tidak terdeteksi gas berbahaya. Gas CO2 0.04 % volume (di bawah ambang batas normal 0,5 % Volume), sementara H2S dan SO2 0 ppm (tidak terdeteksi)”, jelas Kasbani.
Karenanya, Kasbani mengimbau masyarakat dan wisatawan agar tetap tenang dan tidak mendekati jarak 200 meter dari bibir kawah.
Pewarta: Alya Karen
Editor: Eriec Dieda