NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Indonesia bertekad untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) menjadi 23 persen pada tahun 2025. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menuturkan, EBT sudah masuk pasar global.
“Ini waktunya untuk membuat pilihan dan keputusan, karena di pasar global mulai masuk energi baru dan terbarukan (EBT),” kata Jonan dikutip dari keterangan Tim Komunikasi ESDM, Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Menurut data PLN, potensi EBT di Indonesia mencapai sekitar 443 gigawatt yang mencakup energi angin (207.898 megawatt), hidro (94.476 megawatt, matahari (60.647 megawatt), bioenergi (32.654 megawat), panas bumi atau geothermal (29.554 megawatt) dan laut (17.989 megawaat).
Karenanya, Jonan meminta para pemangku kepentingan industri gas untuk bersinergi mendorong industri gas nasional agar menjadi lebih kompetitif.
Jonan menilai perlu meningkatkan kontribusi signifikan dari industri gas dalam mengimbangi cepatnya laju pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di pasar global. Sebab, banyak negara maju porsi pemanfaatan dan pengembangan EBT berjalan dengan sangat cepat.
“Jika dilihat di banyak negara, khususnya negara maju, pengembangan EBT didorong sangat cepat. Tiga bulan lalu saat berkunjung ke Italia saya melihat pembangkit yang 100% menggunakan CPO (crude palm oil), tanpa proses lain,” ungkap Jonan.
Kondisi tersebut merupakan tantangan besar bagi industri gas nasional. Nantinya, kata Jonan, bukan tidak mungkin CPO atau sumber EBT lainnya dapat menggantikan energi fosil sebagai bahan bakar.
“Bukan tidak mungkin nantinya CPO atau EBT lainnya bisa dikonversi ke bahan bakar diesel atau gasoil, ini akan jadi tantangan besar industri gas,” terangnya.
Sehingga menurut Jonan tantangan terberat bagi industri gas saat ini adalah untuk mendorong iklim bisnis gas menjadi lebih kompetitif.
Sekadar tambahan, lokasi Indonesia diketahui berada di ring of fire dunia dalam urusan energi panas bumi (geothermal) karena di nusantara ini sedikitnya terdapat 127 gunung berapi. Sejauh ini, potensi besar energi panas bumi di Indonesia baru 4 persen atau 1.189 MW saja yang telah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.
Selain itu, Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya panas bumi terbesar di dunia. Atau, 40 persen cadangan dunia. Besarnya potensi geothermal di Indonesia memang sudah sejak lama menarik perhatian investor dunia. Bahkan, pada konferensi geothermal dunia (world geothermal conference) yang diselenggarakan 2010 silam, berhasil menghadirkan sedikitnya 1.000 pelaku bisnis industri panas bumi dunia.
(eda/gdn)
Editor: Eriec Dieda