NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Meski sudah tak begitu ramai diperbincangkan media massa, keputusan pemerintah mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton masih tetap menjadi sorotan tajam. Keputusan kotroversial ini dinilai suatu pengkhianatan Nawacita yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo.
“Sebab seperti kita ketahui bahwa Nawacita adalah janji kampanye Jokowi saat Pilpres dulu dan gara-gara janji Nawacita itulah beliau bisa terpilih jadi Presiden,” ujar Koordinator Komunitas Anak Muhammadiyah (KAM), Amirullah Hidayat, Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Kita sangat terkejut ,tindakan kebijakan yang dilakukan pemerintahan Jokowi untuk mengimport beras. Ini suatu tindakan tidak masuk akal sebab saat ini petani sedangkan mengalami masa panen. Seharusnya di masa panen ini petani menikmati hasil jerih payahnyanya dengan harga yang agak tinggi, ini kok malah dihancurkan,” tambahnya.
Di sejumlah daerah saat ini sudah mulai melakukan panen raya padi yang diperkirakan puncaknya akan berlangsung pada akhir Januari 2018. Menteri Pertanian sendiri menyebut panen raya akan menghasilkan 4,9 juta ton beras, atau surplus 3 juta ton.
Mendengar hasil positif dari Kementaran, Kementerian Perdagangan justru bersikeras untuk tetap membuka opsi impor beras khusus dengan dalih memperkuat stok nasional. “Opsi impor terbuka, tapi saya memilih beras khusus saja. Supaya kita tidak ada pertentangan dan berhadapan dengan produksi kita, sehingga tidak merugikan petani,” kata Mendag Enggartiasto Lukita, Rabu (10/1) lalu.
KAM mengingatkan komitmen pemerintahan Jokowi untuk menjalankan Nawacita sesuai janji kampanyenya tiga tahun silam.
“Kita mengingatkan bahwa Nawacita memiliki arti sembilan harapan, salah satunya adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Na,h harapan rakyat inilah yang di khianati oleh Jokowi,” kata Amirullah yang juga mantan relawan Jokowi pada Pilpres 2014 lalu. (red)
Editor: Redaktur