Artikel

Efektifitas E-learning di Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sederajat

Oleh : Elkin Rilvani, S.Kom, MM.

Perkembangan pendidikan di Indonesia sangatlah pesat, termasuk ditingkat  Sekolah Menengah Atas dan sederajat hal ini dapat diketahui dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS)  periode 2011 – 2016 [1], dan menyebabkan penyelenggara pendidikan baik itu Sekolah negeri atau swasta meningkatkan kualitasnya dalam media pembelajaran melalui berbagai cara  termasuk diantaranya dengan e-learning.

Perintah juga mendukung e-learning dengan mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2014 Tentang Peran Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013. E-learning itu sendiri memiliki pengertian yang sangat luas salah satunya “Sebuah portal (web/blog) yang menyediakan informasi tentang suatu topik dapat pula tercakup dalam lingkup e-learning ini”[2].

Pada implementasiannya e-learning memiliki 2 konsep, yang pertama  “Electronic based e-learning, yaitu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, terutama perangkat yang berupa elektronik. Artinya, tidak hanya internet, melainkan semua perangkat elektronik seperti film, video, kaset, OHP, Slide, LCD Projector, tape dan lain-lain sejauh menggunakan perangkat elektronik. Yang kedua Internet based, yakni pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet yang bersifat online sebagai instrumen utamanya. Dalam hal ini, e-learning bukanlah pembelajaran yang dilakukan secara offline (tanpa jaringan internet), tetapi e-learning adalah pembelajaran yang dilakukan secara online yang harus difasilitasi komputer yang terhubung dengan internet. Artinya pembelajar dalam mengakses materi pembelajaran tidak terbatas jarak, ruang dan waktu, bisa dimana saja dan kapan saja (any where and any time)”[3].

Dengan menggunakan e-learning ini diharapakan banyak manfaat yang didapat oleh siswa diantaranya: “E-learning tidak terbatas pada satu bidang saja, karenanya tiap orang dapat mempelajari ilmu apapun yang ia sukai baik yang berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pekerjaan ataupan sekolahnya. E-learning menyediakan sumber belajar yang tidak terbatas dan tidak sekedar audiovisual.  E-learning sangat menekankan pada kerja tim dan interaksi. Dan karena e-learning melibatkan penggunaan teknologi secara ekstensif, tanpa sadar siswa akan lebih familiar atau mahir dan karenanya percaya diri berhubungan dengan teknologi. E-learning meningkatkan kemampuan berkomputer dan komunikasi karena pembelajaran dengan e-learning bersifat praktikal dan aktif seperti forum (grup), chat rooms, dan tidak terbatas pada jadwal dan buku yang tealah dibutuhkan. Kemampuan belajar terasah dengan baik melalui e-learning”[4].

Upaya untuk meningkatkan efektifitas e-learning ini telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak pendukung Internal dan Eksternal pendidikan. Pihak Internal pendidikan antara lain Pemerintah khususnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud)  penilaian setiap sekolah (akreditasi), memasukan kegiatan e-learning dalam kurikulum, dan kegiatan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) adalah upaya meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran. Depdikbud dan Yayasan Pendidikan Swasta dengan pengadaan fasilitas-fasilitas pendukung electronic based e-learning di sekolah masing-masing dengan tujuan tercapainya manfaat e-learning. Guru-guru  mata pelajaran mengaplikasikan electronic based dan internet based e-lerning dalam kegiatan pembelajaran, setelah dikeluarkannya  kurikulum tentang pemanfaatan e-learning maka guru berkewajiban untuk mengaplikasikannya didalam kegiatan pembelajaran melalui materi belajar dengan bentuk yang lebih menarik agar siswa lebih mudah dalam memahami materi tersebut dan juga guru mata pelajaran membuat model ujian online. Peserta didik atau siswa, meraka  harus aktif dalam menggunakan model belajar e-learning yang telah disediakan oleh guru mata pelajaran agar pengetahuan, keingintahuan dan kreativitas dalam mengekslporasi sebuah ilmu menjadi terarah,  memahami serta menyelesaikan sekumpulan tugas secara mandiri.

Adapun pihak ekternal pendidikan pendukung e-learning yaitu Perusahaan Terbatas (PT), meraka tidak hanya menjual dan mencari keuntungan semata dari produk-produknya tetapi harus berpartisipasi aktif dalam pendidikan terkhusus dalam menunjang e-learning dengan Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) didasari oleh Undang-Undang No.40 Tahun 2007 merupakan investasi untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). PT Penyedia Layanan (Provider) Internet,  untuk memudahkan Internet based e-learning maka provider internet harus meluaskan pemasangan jaringannya ke daerah-daerah yang masih belum terjangkau dengan internet dan meberi biaya yang murah untuk sekolah-sekolah untuk pemasangan internet.

Namun upaya efektifitas peningkatan e-learning ditingkat SMA dan Sederajat terkendala permasalahan dilapangan antara lain, infrastruktur  pendukung e-learning belum memadai diseluruh wilayah Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)  Sapto Anggoro menyebutkan bahwa layanan telekomunikasi baru tersedia di 28% wilayah Indonesia[5]. Maka harus adanya dana bantuan dari Pemerintah yang dikhusus untuk pengadaan infrastruktur e-learning di SMA dan Sederajat, karena selama ini dana bantuan yang  ada yaitu Program Bantuan Opesional Sekolah (BOS) harus sesuai petunjuk teknis penggunaan dana BOS yang diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, maka pada operasionalnya penggunaan bantuan tersebut terlebih dahulu terserap untuk menutupi kebutuhan bidang-bidang lain dibandingkan untuk infrastruktur e-learning. Apalagi ditambah adanya  Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)  Nomor: 0034/P/BSNP/XII/2015 tentang Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional yang didalamnya menyebutkan perluasan jangkauan pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), maka sangat dibutuhkan sekali infrasruktur e-learning yang baik dimasing-masing sekolah  agar UNBK ini dapat berjalan lancar. Dan faktor lain kendala efektifitas e-learning yaitu guru yang masih menggunakan media pembelajaran konvensional dan belum terbiasa menggunakan media pembelajaran e-learning.

Agar terwujudnya efektifitas e-learning ditingkat SMA dan Sederajat dibutuhkan kerjasama yang baik dari  pihak internal dan ekternal pendidikan, mereka harus  menjalankan perannya dengan baik dan selalu berkoordinasi agar tercapai efektifitas e-learning, Lalu ikut sertanya intitusi pemerintahan selain Depdikbud, baik itu Pemerintah Daerah untuk membantu infrastruktur sekolah karena selama ini pembangunan hanya pada kota/kabupaten dipusat pemerintahan sementara kecamatan dan desa yang jauh dari pusat temasuk kedalam daerah tertinggal, juga Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral  (ESDM) karena  “saat ini masih ada sebanyak 2.519 desa yang masih belum teraliri listrik”[6], agar penggunaan e-learning bisa berjalan baik harus didukung oleh aliran listrik yang baik maka jika aliran listrik belum ada maka tidak mungkin tercapai efektifitas e-learning, dan Kementrian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) dari data APJII layanan telekomunikasi baru tersedia di 28% wilayah Indonesia untuk mengaplikasi Internet based e-learning dan manfaat dirasakan oleh siswa maka perlunya campur tangan KOMINFO untuk mempercepat pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan penerapan teknologi baru seperti Balloon Google untuk memperluas jangkauan wilayah yang bisa digunakan untuk berinternet, wilayah-wilayah terpencil yang belum memiliki sarana atau sulit dibangun sarana untuk bisa menggunakan internet merupakan target utamanya[7], serta faktor terpenting dalam efektifitas e-learning ditingkat SMA dan Sederajat yaitu siswa atau peserta didik yang ingin membuka pengetahuan yang tanpa batas dengan menggunakan media pembelajaran e-learning.

Referensi:

[1] https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1052

[2] Munir, 2007, Pendidikan Dunia Maya, Ilmu & Aplikasi Pendidikan, Bandung: Imtima.

[3] http://www.tintaguru.com/2014/10/e-learning-dan-sejarah-perkembangannya.html

[4] Ariyawan Agung Nugroho, S.T. M.Pd, 2008, Artikel Majalah Ilmiah Pembelajaran : “Pemanfaatan E-Learnng Sebagai Salah Satu Bentuk Penerapan Tik Dalam Proses Pembelajaran”, Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNY.

[5] http://tekno.liputan6.com/read/2028976/apjii-ragu-50-wilayah-indonesia-terkoneksi-internet

[6] http://andromedia.co.id/sejak-ri-merdeka-ada-2-519-desa-belum-teraliri-listrik-solusi-digital-bisa-jadi-penunjang-pemetaanya/

[7] http://www.aptika.kominfo.go.id/index.php/artikel/69-sistem-jaringan-internet-di-indonesia

Related Posts