NUSANTARANEWS.CO – Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Demikian kata orang bijak. Faktanya, tidak ada satu pun di dunia ini penulis hebat yang memiliki sedikit buku bacaan. Tidak perlu melongok jauh ke tanah paman Sam atau dataran Eropa, cukup lihat di tanah air. Mereka yang bercokol namanya di puncak popularitasnya sebagai penulis, tak lain adalah insan budiman yang menelan rubuan judul buku.
Rekam jejak sastrawan-sastrawan hebat di Indonesia, misal Hamka, Sitor Situmorang, Subagio Sastrowardoyo, W.S Rendra, Prammoedya Ananta Toer, Goenawan Mohamad, Remy Sylado, untuk menyebut beberapa diantaranya, mereka semua laiknya sebuah perpustakaan yang produktif. Maka, berhentilah bermimpi menjadi seorang penulis, jika sampai detik ini masih malas membaca.
Namun, satu hal yang perlu diingat yakni ada sosok hebat di balik kesuksesan sebuah buku. Ia bukanlah si empuanya buku. Melainkan pembantu utama yang se-visi yang tak lain adalah editor. Kecermatan, ketelitian, ketepatan, dan kesabaran, bahkan integritas merupakan modal menjadi seorang editor. Pengetahuan luas, penguasaan tata bahasa, dan kecerdasan mengedit tidak boleh tidak mesti dimiliki oleh seorang editor.
Kabar baik bagi para penulis dunia dan tanah air, khususnya para editor adalah hadirnya visualisasi seorang editor terkemuka dunia Max Perkins melalui film “Genius” (2016). Hadirnya film ini merupakan bukti bahwa di balik kesuksesan sebuah buku tidak sebatas ditentukan oleh penulisnya, tetapi juga ada peran seorang editor. Jadi, pekerjaan editor memang tidak bisa disepelehkan.
Lantas siapakan Max Perkins sampai menjadi inspirasi bagi sutradara Michael Grandage untuk diangkat ke layar lebar. Tentu saja ada banyak kelebihan, prestasi, inspirasi dan pengalaman menarik yang melekat dalam kerja-kerja editing yang dilakukan oleh Max Perkins. Sebagaimana disebutkan oleh para saksi, Max Perkins sempat mengedit ribuan lembar tulisan Thomas Wolfe.
Film Genius memang tidak hadir dengan tiba-tiba. Ia hadir melalui proses panjang. Mulanya, kisah spektakuler ini terangkung dalam buku biografis berjudul ‘Max Perkins: Editor of Genius‘. Singkat cerita, film “Genius” diadaptasi dari buku tersebut.
Adapun kisahnya berada di sekitar kehidupan seorang penulis yang belum terkenal Thomas Wolfe yang diperankan oleh aktor Jude Law. Karya tulis Thomas Wolfe di awal karirnya senantiasa mendapat penolakan dari penerbit-penerbit yang didatanginya. Sebelum akhirnya, Thomas Wolfe jatuh ke dalam jurang keputus-asaan, ruang dan waktu mempertemukannya dengan seorang penerbit sekaligus editor di Charles Scribner’s Sons yakni Max Perkins yang diperankan oleh Colin Firth.
Max adalah editor yang sangat handal di Charles Scribner’s Sons sebuah penerbitan paling bergengsi di Kota New York di masanya. Sewaktu Max masih muda, ia telah memupuk sejumlah bakat-bakat baru yang berhasil menjadi figur raksasa di dunia sastra seperti F. Scott Fitzgerald dan Ernest Hemingway termasuk Thomas Wolfe.
Kisah Thomas dan Max bermula dari satu moment yang lumrah terjadi. Begini, naskah mentah Tom tiba di meja kerja Max waktu itu. Dengan cermat dan teliti Max membaca karya Thomas lembar demi lembar. Kali ini, kisah Thomas yang mendapat penolakan dari penerbit rupanya tidak terjadi. Max ketika membaca karya Thomas yang satu ini, tersenyum-senyum sendiri. Ya, Max merasa tulisan tersebut memang layak untuk diterbitkan.
Dalam satu kesempatan yang lain, Tom panggilan akrab Thomas dengan perasaan berkecamuk mendatangi Max di ruang kerjanya. Tujuan Tom kali ini adalah untuk untuk meyakinkan Max si empunya penerbit sekaligus editor bahwa karya yang ditulisnya layak diterbitkan. Max memerhatikan Tom saat presentasi. Max pun melihat semangat yang sangat menggebu-gebu dari Tom. Karenanya Max bertambah yakin bahwa Tom memang memiliki bakat tersendiri di dalam dirinya.
Sejak pertemuan itulah Tom merasa bahwa Max Perkins tidak hanya sebagai rekan kerja baginya, melainkan seorang teman sekaligus sahabat baginya. Singkat cerita, naskah Tom pun akhirnya resmi dirilis dengan judul “Look Homeward, Angel“. Lagi-lagi Thomas Wolfe bernasib baik. Naskah yang diterbikan laku keras lantaran tersentuh tangan dingin Max Perkins. Tidak hanya laris, Tom pun mendapat julukan jenius di kalangan para novelis.
Kendati demikian, rupanya Tom tersandung kendala tatkala dirinya tengah mempersiapkan buku keduanya. Jika dalam buku pertama Max menyarankan Tom untuk menghapus puluhan ribu kata dari ‘Look Homeward, Angel‘ maka di buku kedua Wolfe, angka itu semakin bertambah. Konflik pun terjadi diantara keduanya. Dan konflik inilah yang kemudian menjadi konflik utama di film ‘Genius’. Dan juga diperparah dengan masalah keluarga masing-masing yang meminta keduanya kembali berkumpul bersama keluarga.
Pada prinsipnya, film arahan sutradara Michael Grandage ini hendak memvisualisasikan hubungan di balik layar bagaimana sebuah buku terbit. Bagaimana kisah sederhana seorang penulis dan editor. Antara Tom dan Max lengkap dengan mimpi-mimpi mereka.
Sinematografi yang indah juga ditampilkan dengan baik oleh Grandage. Setting Kota New York tahun 1929an disuguhkan secara sempurna. Mulai dari Gedung, Transportasi, bahkan cara berpakaian setiap orang dari ujung rambut hingga kaki ditampilkan dengan apik sesuai zamannya.Drama biografi tak melulu harus dicerna dengan serius. Grandage juga menyisipkan bumbu-bumbu komedi yang pas dalam setiap scene.
Selain Colin Firth dan Jude Law, beberapa aktor pendukung seperti, Nicole Kidman, Laura Linney, Guy Pierce dan Dominic West juga semakin meramaikan film. ‘Genius’ secara resmi telah rilis di Amerika Serikat sejak bulan Juni lalu. Film ini juga sempat bersaing di ajang Golden Bear di Berlin International Film Festival ke-66. Jadi, tidak akan rugi jika Anda menonton film ini yang rencannya akan tayang di bioskop pada 24 Agustus 2016 mendatang. (Sulaiman)