Politik

Duet Khofifah-Hasan Paling Siap Di Pilgub Jatim 2018

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Efek domino dari Pilgup DKI dan sejumlah Pilgub di beberapa provinsi ternyata dapat di simpulkan bahwa kekuatan partai tidak berbanding lurus pada perolehan suara. Direktur Lembaga Survei Regional (LSR) Jatim, Mufti Mubarok mengatakan di Pilkada DKI dan Banten partai penguasa yang dukungan kursi dan suaranya lebih unggul ternyata kalah dari partai kelas menengah dan tidak berkuasa.

“Jawabannya mengapa partai menengah menang tentu pigur yang adalah tokoh yang tepat di tambah memainkan isu isu yang tepat serta kekompakan tim sedangkan kenapa partai penguasa kalah karena terlalu ceroboh memilih calon asal populis saja tanpa melihat isu isu yang bakal terjadi,” jelasnya saat ditemui dikantornya, Kamis (20/4/2017).

Sedangkan di Jatim sendiri, kata Mufti pihaknya melakukan pemetaan antara lain 3 kekuatan partai yaitu partai atas seperti PKB dan PDIP. Sedangkan Partai Tengah Gerinda, Demokrat dan Golkar. Sementara partai bawah PAN, PPP, PKS, Nasdem dan Hanura. Kalau Lihat dari peta Politik maka hanya satu partai yang bisa mengusung cagub sedangkan yang lain harus berkoalisi.

Baca Juga:  Demokrat Raup Suara Diatas 466 Ribu, Ibas Kokoh 312 Ribu Lebih

“Kalau dihitung yang memungkinkan tiga calon sperti di Jakarta,” ungkapnya.

Mufti Mubarok, dari peta parpol dan peta figur yang paling siap sebenarnya pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Hasan Aminuddin sedangkan Syafulllah Yusuf misalnya dipasangkan dengan Halim Iskandar atau Risma. “Sedang kuda hitamnya ada Jarot, Masfuk, Anas, Yono, dan pendatang baru dari eksodus Jakarta ada Agus SBY serta figuran-figuran lainnya. Artinya selain dua pasang Khofifah Indar Parawans-Hasan Aminuddin serta Gus Ipul-Risma. Sementara pasangan lain seperti Halim dan lain-lain masih status wait and see untuk jadi Jatim 2,” jelasnya.

Mufti menambahkan kalau lihat Pilgub Jatim langsung yang sudah berlangsung maka kekuatan masih di figur nasionalis religi. Pak De dan Gus Ipul simbol nasionalis religi. Namun pada Pilgub Jatim 2018 nanti, simbol itu akan berubah menjadi religi saja belum muncul tokoh nasionalis. “Kalau membaca popuritas dan elektabilitas dua pasangan calon. Maka peluangnya masih di Khofifah-Hasan. Tapi kalau muncul tokoh baru dengan komposisi religi nasional maka peluang Khofifah-Hasan akan sedikit tergradasi,” sambungnya.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan Forkopimda Pantau Langsung Proses Pemilu 2024

Idealnya pemimpin Jatim, lanjut Mufti nantinya adalah komposisi nasionalis religi atau religi nasionalis. Di DKI religi nasionalis yang menang. Di bantem komposisi religi nasional. Di Jatim juga kelihatannya pasangan religi nasionalis yang akan unggul. Ini masih ekspektasi politik. Sejatinya politik makin cair. Semua bisa berubah tergantung suara mengambang dan garis nasib.

Penulis: Tri Wahyudi

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 42