Berita UtamaGaya HidupInspirasiTerbaru

DIY Kota Pelajar Tapi Minat Bacanya Berada Diposisi Ke-4

NUSANTARANEWS.CO – Pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan merupakan investasi strategis jangka panjang meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu melahirkan inovasi kreatif bagi kesinambungan pembangunan yang sedang dijalankan oleh suatu negara bangsa.

Di Indonesia terdapat banyak kota-kota besar dengan kualitas pendidikan yang bagus mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, tentu dengan standar yang berbeda sama dengan lainnya.

Yogyakarta adalah salah saatu dari banyak kota yang memiliki kualitas pendidikan yang terbaik di Indonesia, sehingga Yogja dikenal sebagai kota pelajar karena kualitas pendidikan, fasilitas, serta jumlah kampusnya lebih banyak dibandingkan dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Tidak mengherankan bila kampus di Yogyakarta menduduki peringkat teratas dalam daftar kampus terbaik di Indonesia.

Ada beberapa alasan mengapa kota Yogyakarta disebut sebagai kota pelajar. Pertama Kota Yogja memilki kampus terbanyak. Bahkan jumlah kampus di Yogyakarta diperkirakan mencapai lebih dari 60 kampus yang hampir semuanya sudah terakreditasi.

Baca Juga:  AHY dan SBY Datang di Banyuwangi, Demokrat Obok-Obok Kandang Banteng

Kedua, kampusnya memiliki fasilitas pendukung pendidikan yang memadai guna mendukung pengembangan potensi mahasiswanya dengan baik.

Ketiga, mampu menghasilkan lulusan yang kompeten, karena tingkat persaingan dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang terbaik dengan kompetensi tinggi di bidangnya.

Keempat, tingginya minat pelajar untuk belajar di Yogya. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya kampus di Yogya yang memberikan banyak pilihan bagi pelajar yang ingin menuntut ilmu.

Kelima, Yogya memiliki daya tarik wisata yang kuat, karena banyak memiliki lokasi wisata alam maupun wisata sejarah yang menarik.

Yogja boleh dikatakan sebagai miniaturnya Indonesia karena banyak terdapat pelajar yang berasal dari berbagai wilayah di indonesia dengan beragam karakter, budaya, dan bahasa yang berbeda-beda, dimana mereka saling berbagi ilmu dan pegalaman.

Meski begitu, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2016, DIY hanya menempati peringkat ke-empat dalam minat bacanya. Dimana posisi pertama ditempati oleh Kepulauan Riau dengan persentase 94,01%, kemudian DKI Jakarta dengan persentase 93,10%, Bali 92,44%, dan DIY 91,00%.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Terima Kunjungan Tim Ekonomi di Perbatasan Sabah

Menanggapi hasil survey tersebut, seorang pustakawan dari DIY Gemma Hanggarsih menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan DIY hanya berada di posisi ke-empat. Pertama karena semakin canggihnya teknologi saat ini. Jadi tidak selalu pembaca itu membaca buku, ada juga dari mereka yang lebih suka membaca tetapi membaca buku digital atau e-book,” kata Gemma saat dihubungi nusantaranews.co, di Jakarta, Jumat, (9/9/2016).

Justru Gemma mempertanyakan darimana tolak ukur lembaga tersebut dalam menentukan suatu wilayah tersebut minat bacanya berkurang atau bertambah. Sebab, provinsi DIY tercatat paling tinggi dalam mengakses internet yaitu: 57.74% setelah Provinsi DKI Jakarta yang mencapai 56,21%, dan posisi ketiga di duduki oleh Kepulauan Riau 43.25%. Dengan komposisi 94,73% oleh Mahasiswa,  81,39% oleh siswa SMP, dan 58,67% oleh siswa SMK/SMA/SMU, dan 29,86% oleh siswa SD.

“Memang kemungkinan mereka mengakses internet itu tidak ada kaitannya dengan bahan bacaan pelajaran,” katanya.

Oleh karena itu, tambah Gemma, peran orang tua menjadi sangat penting dalam mengawasi anak-anaknya saat mengakses internet. Begitu pula dalam mendorong anak-anaknya untuk membaca buku.

Baca Juga:  Rumah Permanen Untuk Yusmah Binti Usman, Janda Empat Anak

“Karena tugas kami sebagai literasi juga cukup berat untuk saat ini, belum ditambah dengan tantangan-tantangan yang ada di lapangan,” kata Gemma.

Lantas bagaimana strategi orang tua agar dalam mendorong anaknya untuk mau membaca buku ?

“Bisa saja orangtua mereka membelikan mereka buku-buku yang sedang booming saat ini. Misalnya seperti novelnya Raditya Dhika, atau novel-novel lainnya. Nah dari hal tersebut kemudian orangtua bisa mengarahkan mereka untuk membaca buku-buku yang agak berat. Bila minat baca mereka sudah tumbuh, mereka akan mulai asyik membaca, sehingga orang tua bisa mulai mengarahkan bacaan apa yang layak untuk dibaca,” tandasnya. (Restu)

 

 

Related Posts