NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam Kementerian Agama, Kamarudin Amin menyampaikan, jika melihat demografi penduduk Indonesia saat ini terbagi menjadi generasi millennial, kelas menengah, dan masyarakat perkotaan. Mereka sangat kritis, organized society, kreatif, di banding masyarakat pedesaan.
“Penyelenggara pendidikan termasuk Madrasah Diniyah Takmiliyah harus bisa membaca fenomena ini, memberikan respons atas kenyataan anak-anak millennia yang sangat kritis, kretif dan terbuka,” kata Kamarudin Amin pada acara Evaluasi Ujian Akhir Bersama Nasional dan Monev MDT, Tangerang, Kamis (24/5/2018).
Baca Juga
- UABN Madrasah Diniyah Takmiliyah Digelar Serentak
- Ketua Ikatan Alumni PP Salafiyah Pati: Madrasah Diniyah Bukan Seperti Kursus
- PBNU: Jangan Korbankan Madrasah Diniyah
- Mendikbud Tegaskan 8 Jam Belajar Untungkan Madrasah Diniyah
- Jika FDS Tak Menjamin Penguatan Madrasah Diniyah, Ini Kata Menag
Kamarudin mengatakan Madrasah Diniyah Takmiliyah harus responsive dan memberikan sesuatu yang dibutuhkan generasi millennial sebagai penerus pembangunan. “Potret dan gerakan MDT harus terus kita tingkatkan dan di evaluasi agar efektif dan efisien memberikan kontribusi pada pembangunan bangsa”, tegas Guru Besar Tafsir UIN Alaudin Makasar itu.
Lebih lanjut ia menyampaikan, Pendidikan Agama di Sekolah sangat terbatas, per minggu hanya 2-3 jam. Dipastikan itu sangat singkat menjadikan pengetahuan anak masih dangkal. Belum lagi diajarkan oleh guru yang kurang professional.
Melihat situasi itu Kamarudin berpendapat MDT bisa menjadi solusi strategis untuk anak-anak bangsa itu. Diantaranya MDT harus diurus oleh orang dan struktur yang memadai, karena membawahi 84 ribu lebih lembaga dengan 6 juta santri.
“Dengan hanya di urus oleh satu direktorat tidak bisa maksimal sehingga anggarannya akan bertambah dan di urus oleh SDM yang memadahi juga,” kata Kamar.
Langkah lain menurut dia sebagai pembenahan kurikulum MDT yang mampu mentransformasi pengetahuan (kognisi) dan karakter (attitude) sehingga ada bedanya antara anak-anak yang masuk di diniyah dan yang tidak.
Selain itu kata Kamar adalah perlunya sertifikat/syahadah dalam Ujian Akhir Bersama Nasional pada MDT. “Solusi pendidikan untuk anak-anak Indonesia saat ini adalah pendidikan di madrasah atau sekolah plus Madrasah Diniyah Takmiliyah. “Kalau hanya bersekolah saja, tidak dapat memberikan bekal kepada masyarakat urban sekarang ini dan hal itu terus menerus kita suarakan” tandas Kamar.
Kegiatan Evaluasi Ujian Akhir Bersama Nasional dan Monev MDT dilaksanakan pada 23-25 Mei 2018 dan diikuti oleh Kasi Pendidikan Diniyah pada Kanwil Kementerian Agama se-Indonesia dan MDT. (RB/RED).
Editor: Achmad S.