MancanegaraTerbaru

Dikenal Kritis Terhadap Kagame, Rwigara Ditangkap Kepolisian

NUSANTARANEWS.CO, Kigali – Salah satu cara penguasa membungkam kritik adalah dengan memerintahkan aparat kepolisian menangkap sang pengkritik.

Kasus seperti itu terjadi pada diri Diane Shima Rwigara. Kepolisian Rwanda pada Senin (4/9) menangkap Rwigara, seorang kritikus terkemuka Presiden Paul Kagame, dan menuduhnya melakukan tindakan pemalsuan dokumen dan menghindari pajak.

Akibat tuduhan tersebut, ibu dan saudara perempuan Rwigara juga digaruk kepolisian Rwanda.

Rwigara adalah seorang aktivis HAM Rwanda. Agustus lalu, otoritas Pemilu mencoret nama Rwigara dari daftar calon Presiden Rwanda dan menuduh persyaratannya tidak lengkap padahal Rwigara mengaku semua tidak ada yang kurang. Bahkan Rwigara pada pemilu dituduh kubu Kagame memasukkan DPT pemilih orang yang sudah meninggal dunia, dan akibatnya aktivis HAM itu dicoret dari daftar calon presiden.

Pilpres Rwanda itu diketahui dimenangkan Kagame dengan suara absolut. Kagame meraup 98,8 suara. (Baca juga: Satu Calon Presiden Rwanda Dicoret, Kagame Raup Suara Absolut)

Baca Juga:  Punya Stok Cawagub, PDI Perjuangan Berpeluang Usung Khofifah di Pilgub Jawa Timur

Rwigara membantah alasan kepolisian menangkap dirinya dengan tuduhan melakukan pemalsuan dokumen dan menghindari pajak. Tapi Kepolisian bersikeras Rwigara melakukannya.

“Mereka dituduh melakukan penghindaran pajak dan kedua, Diane Rwigara dituduh menggunakan dokumen palsu saat dia mengumpulkan tanda tangan untuk pencalonan presiden,” kata juru bicara polisi Theos Badege seperti dikutip Reuters.

Polisi mengatakan mereka memiliki surat perintah yang dikeluarkan oleh seorang jaksa penuntut untuk menangkap Rwigara dan keluarganya.

Rwigara, seorang akuntan berusia 35 tahun, telah berulang kali menuduh Kagame membungkam perbedaan pendapat dan mengkritik jumlah total Patriotik Rwanda yang hampir total berkuasa.

Kagame mendapat pujian internasional karena memimpin pemulihan ekonomi yang damai dan cepat di Rwanda sejak genosida tahun 1994, ketika sekitar 800.000 orang Tutsi dan Hutu moderat terbunuh.

Tapi dia juga menghadapi kritik yang meningkat atas apa yang oleh kelompok hak asasi manusia katakan adalah adanya pelanggaran yang meluas, pemberontakan media independen, dan penindasan oposisi politik.

Baca Juga:  Rahmawati Zainal Peroleh Suara Terbanyak Calon DPR RI Dapil Kaltara

Rwigara mengklaim bahwa dia ditahan di bawah tahanan rumah sebelum polisi menjemputnya pada hari Senin.

“Beritahu kami, mengapa kami ditangkap? Mengapa kami harus pergi ke kepolisian sementara anda membatasi kami ke tempat ini dan mengambil semua uang kami tanpa menyisakannya?,” Rwigara mengatakan saat dia dan keluarganya dibawa pergi.

Ditanya mengenai hal ini, Badege, juru bicara kepolisian, mengatakan bahwa sebelumnya polisi hanya menggeledah rumah Rwigara dan mengambil beberapa barang dan uang sesuai dengan hukum.

“Itu adalah penerapan hukum yang jelas,” kata Badege.

Kagame di beberapa pihak dinilai sebagai pemimpin yang anti-kritik dan represif. Ida Sawyer, direktur Badan Hak Asasi Manusia Afrika Tengah (Human Rights Watch) Rakyat Rwanda yang berani menantang satus quo dan berbeda suaranya ditangkap dan dibunuh.

“Media independen diberangus, dan intimidasi untuk membungkam kelompok yang menangani hak-hak sipil atau kebebasan berbicara,” kata Ida Agustus lalu. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Related Posts