Berita UtamaFeaturedPeristiwa

Didemo, Seminar Pro PKI Dibubarkan

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Jelang peringatan G30S-PKI, di bulan September, hampir setiap tahunnya, selalu ada semacam ritual oleh kelompok pendukung komunis di tanah air. Hal ini disampaikan oleh aktivis beretnis Tionghoa, Zeng Wei Jian. Dirinya menyebut ritual para simpatisan sisa-sisa komunis ini biasanya dibungkus dengan berbagai acara seminar, teatrikal, orasi budaya dengan mendatangkan beberapa keluarga PKI mengatasnamakan HAM.

Sebagaimana yang terjadi kali ini, Sabtu 16 September 2017, sebuah seminar pendukung komunis di Indonesia berhasil digagalkan dan dibubarkan oleh pihak kepolisian. Ini menyusul aksi massa melakukan demonstrasi menolak dan menentang kegiatan seminar PKI yang berlangsung sampai 17 September 2017 besok.

“Kami akan di sini sampai seminar dibubarkan,” kata kooordinator aksi, Soyfan di lokasi, Sabtu (16/9/2017). Massa gabungan dari beberapa elemen ini melakukan orasi di seberang Gedung LBH, sehingga membuat jalanan sekitar sempat macet.

Dalam seminar yang digelar di Gedung LBH Jl P. Diponegoro, Jakarta Pusat ini mengangkat tema ‘Pengungkapan Kebenaran Sejarah 1965/66.’ Koordinator Acara Seminar, Bonnie Setiawan telah mencoba melakukan negosiasi agar acara tetap berlangsung namun pihak kepolisian memutuskan dibubarkan.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Dimungkinkan Akan Menjadi 7 Fraksi

Kepolisian mengganggap seminar ini menyalahi aturan. Ini dikarenakan sejak kegagalan kudeta PKI tahun 1965, hal-hal yang berkaitan dengan partai komunis dilarang keras di Indonesia, termasuk seminar dan simposium mendukung PKI.

Secara terpisah, Zeng Wei Jian menjelaskan bahwa dalam ritual tahunan para pendukung PKI mereka membungkusnya dengan berbagai seminar. Adapun isi kegiatan mereka adalah menyudutkan Soeharto dan menggiring opini publik mengenai kudeta yang dilakukan PKI tahun 1948 dan 1965.

“Mereka bilang PKI ngga salah. Pak Harto dalang G30S. Serem. Mereka bikin stigma: Sejarah dibikin Jenderal yang menang. Narasi baru hendak diciptakan. Sejarah versi mereka. Pak Harto dan TNI divonis salah,” ungkap Zeng Wei.

Sementara itu, pemerhati masalah militer, Eko Ismadi melihat bahwa agenda seminar yang diadakan di Gedung LBH Jakarta ini kata dia, para pro komunis ini ingin mengungkapkan kebenaran versi pembela PKI atas sejarah pengkhianatan PKI pada 1965 dan di tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga:  Tidur Sepanjang Hari di Bulan Ramadhan, Bolehkah?

“Mereka telah menuduh ada pemalsuan dan manipulasi sejarah versi Orde Baru atas peristiwa 1965. Mereka ingin, sejarawan dan akademisi, aktivis sosial, serta korban/penyintas 65, mau mengikuti versi sejarah yang mereka seminarkan, bahwa PKI tidak bersalah. Mereka beralasan perlu adanya resolusi bagi pengungkapan kebenaran sejarah atas peristiwa1965,” ujar Eko.

Sebagaimana diketahui, beberapa tahun terakhir ini tuntutan pencabutan TAP MPRS No XXV Tahun 1966 tentang pembubaran dan pelarangan PKI terus semakin kencang. Bahkan dalam sejarahnya desakan dan tekanan terhadap pemerintah untuk meminta maaf kepada keluarga PKI terus meningkat. Sejak era Presiden Gus Dur, Megawati, SBY hingga Jokowi desakan agar pemerintah minta maaf kepada PKI kian menguat.

Bahkan presiden Jokowi pada 25 April 2017 lalu memerintahkan untuk membantu untuk melakukan pencarian dan penggalian kuburan massal anggota PKI. Ironisnya pemerintah justru abai pada korban pembantaian yang dilakukan PKI. Namun, kebijakan itu mendapat tentangan keras dari publik tanah air, khususnya umat muslim yang menjadi korban kekejian PKI kala masih berjaya.

Baca Juga:  Tradisi Resik Makam: Masyarakat Sumenep Jaga Kebersihan dan Hikmah Spiritual Menyambut Ramadan

Dikutip dari BBC Indonesia, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan (25/4) menyatakan Presiden Jokowi memerintahkannya untuk mencari kuburan massal para pelaku kudeta PKI 1965. Dimana kata Luhut, Presiden Jokowi memintanya melacak kuburan massal PKI untuk selanjutnya meminta maaf kepada keluarga kudeta 1965.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3