HankamMancanegara

Di Balik Meningkatnya Kerjasama Militer Iran dan Turki

NUSANTARANEWS.CO, Ankara – Hari selasa lalu, Jenderal Mohammad Baqeri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran dan pejabat militer paling senior di negara itu, mengunjungi Ankara untuk bertemu dengan para pejabat tinggi Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Menteri Pertahanan Nurettin Canikli. Menurut media Turki, ini adalah kali pertama sejak Revolusi Islam Iran 1979 – bahwa seorang kepala staf Iran mengunjungi Turki. Hal ini mungkin mengindikasikan adanya peningkatan kerja sama bilateral antara Ankara dan Teheran.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan regional dan masalah keamanan di kawasan merupakan alasan utama kunjungan tersebut, terutama menyangkut  isu situasi Suriah, masalah Kurdi dan keamanan perbatasan.

Seperti diketahui, dalam hal keamanan, hubungan antara Ankara dan Teheran telah memiliki sejarah yang panjang, namun selama enam tahun terakhir mereka telah terlibat dalam sejumlah krisis. Terutama perbedaan posisi mereka dalam krisis Suriah. Isu ini boleh jadi merupakan alasan utama di balik kunjungan pejabat militer senior Iran ke Turki.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Meski kerjasama keamanan Turki dan Iran dibatasi oleh keanggotaan Turki dalam NATO, tapi dengan perkembangan mutakhir di kawasan telah mendorong kedua negara untuk meningkatkan kerjasama keamanan yang lebih intensif.

Masalah Kurdistan juga menjadi perhatian Iran, terkait dengan Partai Kebebasan Kurdi (PJAK) sebagai sebuah cabang PKK anti-pemerintah di Iran. Aktivitas PJAK telah lama menjadi perhatian keamanan utama Teheran. Situasi di Irak dan Suriah telah mendorong meningkatnya aktivitas Kurdi di sepanjang perbatasan Turki-Iran. Sehingga Iran dan Turki memiliki posisi yang sama terkait referendum kemerdekaan di Kurdistan Irak – mereka mengklaim bahwa kemerdekaan Kurdistan di wilayah tersebut akan memperburuk konflik di Timur Tengah. Oleh karena itu, masalah plebisit kemungkinan besar akan menjadi agenda berikut diluar kunjungan Bagheri.

Seperti telah diberitakan pada bulan Juni, duta besar Iran untuk Turki Mohammad Ebrahim Taherian Fard mendukung posisi resmi Ankara, dengan mengatakan bahwa Teheran juga menganggap PKK dan YPG kelompok teroris. Referendum kemerdekaan Irak Kurdi akan diadakan pada tanggal 25 September. (Banyu)

Related Posts