Mancanegara

Di Depan PM Jepang, Yenny Wahid Bicara Nilai Demokrasi dan Penerapannya di Asia

Yenny Wahid Bersama PM Jepang (Foto Dok. Istimewa)
Yenny Wahid Bersama PM Jepang (Foto Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Direktur Wahid Foundation Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid, hari Kamis (5/7) ini, dijadwalkan menjadi pembicara dalam simposium internasional bertajuk Shared Values and Democracy in Asia di Tokyo, Jepang. Forum gelaran Japan Foundation Asia Center (JFAC) dan akan dihadiri Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ini merupakan kegiatan tahunan sejak 2015. Mempertemukan kalangan intelektual dan peneliti dari berbagai negara di Asia. Tahun ini adalah penyelenggaraan simposium edisi keempat.

Dalam keterangannya setiba di Tokyo, Rabu (4/7/2018), Yenny mengatakan, dirinya diundang untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran berkaitan dengan topik seputar nilai-nilai kesamaan dan demokrasi yang ia anggap sangat relevan sekaligus kritikal di dunia saat ini. Di samping itu, topik tersebut juga selaras dengan aktivitas yayasan yang ia pimpin di Indonesia.

”JFAC menyelenggarakan simposium ini untuk melakukan dialog yang bertujuan mencapai pemahaman budaya bersama dan membangun landasan yang kuat untuk mengimplementasikan nilai-nilai persamaan dan demokrasi di Asia pada masa depan,” ujarnya.

Baca Juga:  Rezim Kiev Wajibkan Tentara Terus Berperang

Baca Juga:
Agenda Demokratisasi ASEAN Datang Dari Mana?

Yenny menambahkan, dalam penyelenggaraan tahun ini, JFAC mengundang sejumlah pemimpin politik, pemimpin agama, dan peneliti dari negara-negara Asia. Mereka diundang untuk mendiskusikan nilai-nilai persamaan dan demokrasi dalam perspektif orang Asia, juga bagaimana negara-negara di Asia selama ini berevolusi untuk menjadi negara demokrasi modern.

Selain Yenny Wahid dari Indonesia, pembicara lain berasal dari India, Jepang, Filipina, Korea, Cina, Thailand, Malaysia dan beberapa negara Asia lainnya. “Dalam simposium nanti akan ada sesi khusus yang membahas pencapaian dan tantangan terkait aktivitas pertukaran budaya antara Jepang dan Asia menuju kolaborasi masa depan,” kata Yenny.

Dalam forum ini, Yenny antara lain akan memperkenalkan Wahid Foundation sebagai yayasan yang selama ini aktif mempromosikan perdamaian dan keragaman di Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan demokrasi terbesar ketiga. Kata Yenny, Wahid Foundation didirikan untuk memperjuangkan visi kemanusiaan dari almarhum ayahnya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Baca Juga:  Keingingan Zelensky Meperoleh Rudal Patriot Sebagai Pengubah Permainan Berikutnya?

Sebagai mantan presiden dan cucu pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia yang juga aktif mempromosikan nilai-nilai demokrasi, Gus Dur membayangkan masyarakat multikultural yang tumbuh subur di Indonesia. “Wahid Foundation didirikan karena kami percaya demokrasi harus melindungi keragaman. Tidak ada contoh yang lebih besar dalam hal perlindungan keanekaragaman ada di negara lain di luar Indonesia, yang merupakan rumah bagi lebih dari 300 kelompok etnis,” ujar Yenny.

Selaku direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid dalam beberapa tahun terakhir memang sering diundang untuk berbicara di berbagai forum internasional. Terakhir, Maret 2018, ia hadir dan berbicara dalam pertempuan tingkat tinggi di Markas PBB di New York, AS, yang diselenggarakan oleh UN Women bekerjasama dengan UNOCT, United Nations Office of Counter Terrorism (Badan PBB yang bertugas menangkal terorisme di dunia). Yenny, antara lain berbicara tentang pelibatan perempuan di tingkat desa dalam upaya global menanggulangi bahaya radikalisme dan terorisme. ”Mereka tertarik dengan program Kampung Damai yang kami inisiasi di berbagai desa di Pulau Jawa,” tuturnya.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

Sebelumnya, Februari 2016, Yenny berbicara dalam forum gelaran Kuwait Council for Cultural and Art, membahas topik seputar Islam dan peran wanita Muslim. Juga menjadi pembicara dalam sebuah konferensi tentang agama dan politik di Western Sidney University – Australia, November 2017. (nn/red)

Editor: Yahya M. Suprabana

Related Posts

1 of 3,052