Lintas NusaPeristiwa

Densus 88 Bekuk 2 Teroris di Solo, Bukti Deteksi Dini Intelijen

NUSANTARANEWS.CO – Densus 88 Antiteror dikabarkan kembali menangkap dua terduga teroris di Solo, Jawa Tengah pada Minggu (18/12/2016). Informasi yang dihimpun nusantaranews.co, dua terduga teroris tersebut bernama TS (29) warga kampung Sewu, kelurahan Sewu, Jebres dan YS (26) warga kampung Losari, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon.

Kadiv Humas Polri, Irjen Boy Rafli Amar ketika diminta konfirmasi nusantaranews.co belum memberikan jawaban terkait dengan penangkapan TS dan YS di Solo. Begitu pula ketika ditanya apakah penangkapan ini terkait dengan teroris Bekasi yang berhasil ditangkap Densus 88 Antiteror menjelang pertengahahan bulan ini. Namun sejumlah informasi menyebutkan kalau keduanya merupakan jaringan Bahrunnaim yang kini tengah berada di Suriah bergabung dengan ISIS.

Namun, penangkapan YS di Solo dibenarkan Sekretaris ISAC, Endro Sudarsono. Di akun facebooknya, Endro mengungkapkan penangkapan YS.

“Yasir ditangkap,  dipukul dan dibawa menggunakan motor oleh orang yang tidak dikenal ketika Yasir mau menunaikan sholat Dhuhur, Minggu 18 Desember 2016,” ujar Endro.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Bimtek Pengelolaan Keuangan Daerah

Sementara itu, pengamat intelijen Susaningtyas ketika dimintai pernyataannya terkait maraknya aksi penangkapan teroris belakangan ini ia mengapresiasinya.

“Terorisme tengah mendunia saat ini. Tentu kita tak ingin keamanan dan ketentraman warga terganggu dengan terorisme yang intinya ingin mencari perhatian dan menghancurkan toghut-nya. Untuk itu tentu intelijen harus aktif lakukan deteksi dini dengan opsi clandestein di mana pendeteksian dilakukan secara senyap sehingga ancaman faktual segera cepat tertangani untuk ditiadakan!,” papar wanita yang akrab disapa Nuning ini.

Namun, Nuning sangat menyayangkan ada sebagian pihak yang malah justru mencerca kepolisian terkait dengan aksi penangkapan teroris belakangan.

“Ironis memang polisi yang berhasil menangkap pelaku terorisme menjadi “bulan-bulanan”, padahal pemikiran ekstrem para pelaku terorisme adalah mati di medan laga (dengan menjadi pengantin), ini kan sesat dan radikal,” tandasnya. (Sego/Er)

Related Posts

1 of 23