Budaya / SeniEsaiKhazanahKreativitas

Denny JA: Palestina, Penyair dan Kita

NUSANTARANEWS.CO – Selesai menghadiri acara pembacaan puisi Doa untuk Palestina semalam (24 Agustus 2017), lama saya merenung di beranda rumah. Betapa penyair memberikan pengaruh politik lebih besar dari yang banyak orang duga.

Deklarasi kemerdekaan Palestina yang dibacakan Yaser Arafat 15 November 1988 ditulis oleh seorang penyair bernama Mahmoud Darwish. Deklarasi itu adalah sebuah puisi. Dari puisi itu, api untuk Palestina merdeka semakin menyala.

Untuk Indonesia, terjadi hal yang sama. Indonesia lahir sebagai satu bangsa dideklarasikan pada Sumpah Pemuda 1928. Yang menulis naskah Sumpah Pemuda itu juga seorang penyair: Mohamad Yamin. Naskah Sumpah Pemuda pada dasarnya juga sebuah puisi. Dari puisi itu, api satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air terus berkobar.

Batin sebuah bangsa memang kadang lebih tergambar dalam puisi yang merekam spirit zamannya. Penyair lebih peka merumuskan batin bangsa itu  dalam kata. Apalagi jika ia penyair yang berpolitik, atau politisi yang berhati penyair.

-000-

Sepulang dari acara malam puisi Doa untuk Palestina, masih terngiang potongan puisi itu. Disebutkan pengarang puisi itu anonim.

Kucing punya kandang
Burung punya sarang
Semua punya rumah
Tapi Palestina tak punya rumah.

Bagaimana bisa? Palestina salah satu bangsa yang paling tua di dunia di era masa kini masih belum punya negara merdeka yang diakui penuh oleh PBB. Hubungan negara di dunia tak bisa dikatakan maju sebelum mereka berhasil membantu Palestina dan Israel berdiri sama sama menjadi negara merdeka dan hidup berdampingan dalam harmoni.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Kota Jerusalem di jantung geografi Palestina adalah ibu dari tiga agama besar. Di kota itu, masih berdiri tembok (west wall) yang diyakini peninggalan sangat penting bagi sejarah Yahudi (Israel). Umat Yahudi didukumg arkeolog menyatakan King David dan King Solomon punya jejak dalam tembok itu.

Bagi Israel, David dan Solomon adalah raja nenek moyang mereka. Bagi muslim, David (Daud) dan Solomon (Sulaiman) adalah nabi yang dihormati.

Di kota itu juga berdiri Garden Tomb dan The Church of the Holy Sepulchre. Bagi penganut Kristen dan Katolik, itu situs sangat penting karena disalibnya Yesus Kristus dan makam jasadnya sebelum bangkit ada di sana.

Di kota itu juga berdiri Masjid Aqsa. Ini kota suci terpenting ketiga bagi Muslim setelah Mekah dan Madinah. Perjalanan Israq Miraj Nabi Muhammad diyakini ke mesjid itu. Area itu pula menjadi kiblat ritual sholat Islam di masa awal, sebelum dipindahkan ke Kabah Mekah.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Apa yang terjadi ketika situs sangat penting tiga agama berada dalam satu kota? Apa yang terjadi ketika peristiwa besar dan suci bagi agama Yahudi, Kristen dan Islam, terjadi di satu kota yang sama?

Sejarah mencatat: yang terjadi adalah penaklukan, peperangan, pembunuhan. Namun sejarah juga mencatat lahir banyak puisi di sana.

-000-

Selesai menghadiri acara baca puisi Doa Palestina, saya menghirup kopi di beranda rumah. Apa pula urusan Palestina dengan kita? Mengapa pula kita ikut mengurus Palestina sementara masalah dalam negeri juga menumpuk?

Isu kemanusiaan melampaui batas negara. Televisi dan sosial media semakin pula membuat dunia menjadi desa global. Saya lebih sering berkomunikasi dengan teman di luar kota lewat sosial media, ketimbang bercakap cakap dengan tetangga. Saya juga lebih sering membaca kisah dunia melalui sosial media ketimbang urusan di RT dan RW saya.

Isu Palestina tak lagi hanya menjadi isu politik tapi sudah menjadi kisah tragedi kemanusiaan. Jika sudah soal kemanusiaan, semua ikut ambil bagian.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Sayapun membaca kembali puisi yang saya buat untuk Palestina.

-000-

Jangan Menangis Palestina
Karya: Denny JA

Aku warga Palestina
Aku tak lahir untuk membenci
Tapi kamu membunuh ibuku
kamu perkosa kakak perempuanku
Maka aku makan dagingmu

Aku warga Palestina
Aku tak lahir untuk marah
Tapi kamu larang aku merdeka
Kamu tindas aku
Kamu miskinkan aku
Tak ada yang bisa kumakan
Maka aku kunyah tulangmu

Demikianlah bait puisi dinyalakan
penyair itu membakar massa
Rosa melihatnya di TV
Ada apa dengan Palestina?
Rosa mencari tahu

Dibukanya peta dunia
Di sisi selatan Lebanon
Di sisi barat Jordania
Di situlah Palestina
Di peta itu, di wilayah Palestina
Air mata menetes

Ada apa Palestina?
Tanya Rosa lagi
Dibukanya data sejarah
Ribuan tahun sudah
Anak manusia saling membunuh di sana
Astaga!

Tahulah Rosa
Palestina bukan hanya wilayah geograpi
Palestina bukan hanya isu kekuasaan
Palestina adalah tragedi kemanusiaan

Disekanya air mata di peta itu
Kini air mata itu pindah
Menjadi Air Matanya

Agustus 2017

Baca: Tulisan Denny JA, “Palestina, Penyair dan Kita” juga tulisan Denny JA yang lain.

Related Posts

1 of 7,662