Berita UtamaFeaturedMancanegara

Dengan Proyek Iceberg, Rusia Klaim Perluasan Teritori di Kutub Utara

NUSANTARANEWS.CO – Rusia tengah mengejar klaim akan perluasan teritori bawah laut di Kutub Utara dengan Komisi PBB untuk Batas Landas Benua. Hal ini merupakan tanda dari meningkatnya perlombaan untuk mendapatkan sumber daya berharga Arktik. Memang bukanlah hal baru, simpanan gas dan minyak bumi Arktik telah dikelilingi oleh negara-negara berkuasa — Rusia, Denmark, Norwegia, AS dan Kanada — dan semua ingin mendapat bagian.

Rusia sendiri sudah mengebor Lingkar Arktik selama beberapa dekade.

Pada Agustus 2007, mereka melakukan tindakan berbahaya dan provokatif secara global dengan mengirimkan dua kapal selam mini Rusia di kedalaman 4.200 meter di bawah Kutub Utara untuk menanamkan bendera titanium anti-karat di dasar laut untuk mengklaim teritori tersebut.

Sekarang, pada 2017, dunia mengamati semua yang dilakukan Rusia, yang berusaha untuk memperluas genggaman dan pengaruhnya di perairan Arktik — dan sumber daya berharga di dalamnya.

Untuk Rusia, minyak bumi dan gas alam adalah sumber utama bahan bakar dan pemasukan mereka. Project Iceberg bisa menjadi langkah penting negara itu untuk memastikan monopoli regional atas dua sumber daya tersebut.

Di bawah permukaan perairan es yang membeku dan mencair sesuai musim, diperkirakan ada simpanan miliaran barel minyak bumi, dan triliunan kubik meter persegi gas alam.

Rusia sudah terlebih dulu menambah kekuatan militernya di Arktik, dengan membangun lebih banyak markas militer di daerah itu setelah sebelumnya membuka beberapa markas militer lain.

Pada April, wartawan BBC adalah wartawan asing pertama yang diizinkan untuk merekam brigade militer Rusia yang ditempatkan di sana, dekat dengan perbatasan Finlandia.

Penambahan jumlah personel militer di wilayah itu merupakan tanda akan semakin kuatnya ambisi Rusia atas Arktik di masa di mana es yang mencair membuat sumber daya alam yang disimpan di dalamnya lebih mudah didapat.

Baca Juga:  Komut Tunjuk Plt Dirut, Bank UMKM Jatim Bergejolak

Mengebor minyak bumi dari Laut Utara pernah dianggap sebagai tantangan pertambangan pada 1970an karena tidak ada yang pernah mengoperasikan pengeboran begitu jauh di kawasan utara, dengan kondisi cuaca yang begitu sulitnya.

Dan kini, Arktik pun memberikan tantangan serupa. Dengan air yang bisa mencapai kedalaman 5km di tempat-tempat yang kadang juga tertutup es, Arktik adalah salah satu tempat tersulit di dunia untuk melakukan pengeboran minyak.

Namun juga tak ada yang pernah mencoba melakukan sesuatu seperti Project Iceberg.

Yayasan Penelitian Tingkat Tinggi, atau badan pemerintah yang melakukan penelitian terhadap proyek pertahanan tingkat tinggi, tengah mengembangkan “pengembangan hidrokarbon yang bisa bergerak sendiri di bawah air, di bawah es, di Samudra Arktik dengan kondisi es yang parah”. Dengan kata lain: robot kapal selam pencari minyak.

Namun ada sebagian yang mengatakan bahwa tujuan proyek ini tidak realistis — dan mungkin hanya pengalihan dari pengembangan sistem militer yang bisa diluncurkan di bawah es.

Yang pasti, proyek ini akan menambah kekuatan pada klaim teritorial Rusia di Kutub Utara, yang kini tengah dievaluasi oleh PBB.

Di tengah berbagai upaya pengeboran dan eksplorasi bawah laut, ada perubahan besar yang melebihi ketegangan politik yang semakin tinggi.

Perubahan iklim mempercepat mencairnya bongkahan es di Kutub Utara — dan ini memunculkan tantangan bagi kelompok masyarakat adat yang tinggal di kawasan itu, termasuk juga untuk satwa liar, seperti beruang kutub.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan OPD Berburu Takjil di Bazar Ramadhan

Saat peningkatan suhu mencairkan es di Kutub Utara, kawasan tersebut menjadi semakin ‘ramah’ dan mudah diakses, perubahan iklim pun kemungkinan akan memperparah ketegangan politik di kawasan itu.

Dalam sebuah konferensi di bulan Maret, Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin mengatakan bahwa perkembangan di kawasan Kutub Utara akan membantu membangun hubungan tetangga dengan negara-negara di sekitarnya dan ini seharusnya menjadi “teritori damai dan kerjasama”.

Namun pernyataan ini tidak konsisten dengan aktivitas Rusia di area tersebut.

Sekitar 50 markas militer berkas Soviet sudah digunakan kembali. Tentara Rusia punya Brigade Kutub Utara baru, dan memperlihatkan kendaraan militer khusus untuk kerjasama kutub pada parade Hari Buruh tahun ini.

Armada Utara Rusia juga mendapat kapal pemecah es yang canggih, dan juga kapal-kapal patroli yang mampu ‘menembus es’, atau kapal penghancur es mini yang dipersenjatai dengan rudal anti-kapal.

Proyek Iceberg juga akan terus berlanjut di tengah ancaman sanksi yang akan diberlakukan negara-negara Barat melawan Rusia setelah aneksasi Crimea.

Sanksi ini membatasi akses Rusia terhadap perusahaan gas dan minyak bumi, padahal investasi asing dan teknologi itulah yang dibutuhkan oleh Rusia untuk mengembangkan ladang minyak di Kutub Utara dengan kondisi sulit.

Namun Rusia telah memutuskan akan melakukannya sendirian. Awal tahun ini, Rusia mulai melakukan operasi pengeboran horizontal yang kompleks di semenanjung terpencil di tepian Laut Laptey untuk mencapai cadangan minyak yang terltak 15km di bawah laut beku.

Meski begitu, Kozyulin ragu akan jaringan stasiun isi ulang nuklir bawah laut yang direncanakan untuk Proyek Iceberg dan menyebutnya “terlalu fantastis”.

Dia bertanya, kenapa, jika ini adalah operasi pengeboran komersil, Gazprom atau salah satu perusahaan minyak Rusia lainnya tidak dilibatkan?

Baca Juga:  Resmikan IKA Unair Chapter Australia, Inilah Pesan Khofifah

Kozyulin mengatakan bahwa lebih mudah untuk meyakini bahwa tujuan utama Iceberg adalah militer. Contohnya, reaktor air bawah laut akan digunakan untuk pagar sonar Rusia yang sudah direncanakan, yang dikenal dengan nama Harmony, yang mendeteksi dan menelusuri kapal selam Nato.

Rusia tengah mengejar klaim akan perluasan teritori bawah laut di Kutub Utara dengan Komisi PBB untuk Batas Landas Benua.

Klaim ini bertentangan dengan klaim negara lain, termasuk Kanada, kata Stephen Blank, pakar Rusia di Dewan Kebijakan Luar Negeri Amerika. Rusia sebelumnya pernah sukses dengan klaim PBB.

“Komisi memberi Rusia hak yang ekstensif di Laut Okhotsk (di Pasifik Barat) pada 2013,” kata Blank. “Moskow kemudian segera mengubahnya jadi benteng laut yang eksklusif dan menjaganya untuk perusahaan energi mereka. Dan ini akan menjadi preseden untuk Kutub Utara.”

Blank yakin bahwa peningkatan kekuatan militer adalah karena ketakutan bahwa negara-negara lain akan mencoba merebut sumber daya energi di Kutub Utara terlebih dulu.

“Saya tidak akan terkejut jika mereka juga telah melakukan sejenis peluncuran rahasia di laut dalam selama beberapa waktu terakhir,” kata Blank.

Sulit untuk mengetahui apakah rencana Iceberg untuk mengeksploitasi gas dan minyak bumi ini realistis, atau apakah Rusia hanya ingin mengamankan wilayah itu agar bisa mengekploitasinya di masa depan.

Yang tak bisa diragukan lagi adalah kegigihan Rusia untuk memastikan bahwa jika ada pihak yang akan mengambil untung dari Kutub Utara, maka itu adalah mereka. (Disunting dari laman BBC Future)

Related Posts

1 of 32