Ekonomi

Demi Swasembada Pangan, Kementan Tempuh Cara Ini

NUSANTARANEWS.CO – Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus mencari cara demi menempuh swasembada pangan. Selain upaya peningkatan produksi padi, swasembada beras juga dilakukan dengan menggenjot upaya diversifikasi pangan dengan mengganti beras dengan bahan pangan lainnya.

“Upaya yang tidak mudah yakni diversifikasi pangan. Maksudnya kita kurangi ketergantungan pada beras, walau produksinya (beras) naik tapi kita juga berupaya turunkan konsumsi beras per kapita. Jadi beban beras tidak terlalu besar sebagai karbohidrat,” ujar  Kepala Badan Ketahanan Pangan dari Kementerian Pertanian (Kementan) Gardjita Budi di kantornya , Jakarta, Jumat(30/12/2016).

Gardjita mengatakn, selain mengurangi beban kebutuhan beras yang terus meningkat, diversifikasi pangan ditujukan agar rakyat bisa lebih sehat. Menurutnya, konsumsi beras yang berlebihan dianggap pemicu penyakit, misalnya diabetes.

“Itu juga agar lebih sehat kalau porsi karbohidrat bisa didiversifikasi. Rata-rata masyarakat Indonesia konsumsi karbohidratnya sudah ketinggian, akan lebih baik diturunkan, konsumsi sayur mayur dinaikkan,” kata Gardjita.

Lebih lanjut hal yang sama juga dilakukan pada komoditas daging, tingginya konsumsi daging sapi jadi salah satu pemicu mahalnya harga daging sapi segar.

Baca Juga:  Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi UMKM, Pemkab Sumenep Gelar Bazar Takjil Ramadan 2024

Gardjita menyampaikan, padahal masih banyak sumber protein hewani lain yang lebih terjangkau dan melimpah. “Protein ini banyak sumbernya, nggak melulu daging sapi, selain ayam ada ikan. Nah inilah yang kita upayakan jadi sumber protein selain daging sapi,” ucap Gardjita.

Gardjita bertutur, pihaknya akan terus menggencarkan kampanye lebih banyak untuk program diversifikasi itu. Program diversifikasi pangan yang sudah dianggap sukses berjalan seperti keberadaan daging sapi beku serta daging kerbau India sebagai alternatif daging sapi segar.

“Memang gerakan seperti ini tugas berat, nggak semudah membalikkan tangan. Kayak orang bilang sebelum Lebaran daging sapi beku nggak laku, ternyata banyak yang antre. Artinya pemahaman masyarakat sebenarnya bisa diubah,” tutur Gardjita. (Andika)

Related Posts

1 of 36