Berita UtamaHukumPolitik

Demi Keadilan, Goenawan Mohamad Sebut Dirinya yang Harus Dilaporkan ke KPK, Bukan Anies

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wartawan seniior dan budayawan Goenawan Mohamad angkat bicara pasca beredarnya informasi di kalangan awak media bahwa, Anies Baswedan dilaporkan Andar Situmorang ke Komisi Antirasuah atas dugaan penyimpangan penggunaan dana di pameran Frankfrut Book Fair (FBF) 2015 sebesar Rp 146 Miliar.

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (Jubir KPK), Febri Diansyah membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait dugaan penyimpangan penggunaan dana di pameran Frankfurt Book Fair 2015 yang dilakukan oleh calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga itu.

Baca: KPK Telaah Laporan Anies Baswedan Soal Penyimpangan Pameran Buku Frankfurt

Goenawan Mohamad selaku Ketua Komite Nasional untuk FBF 2015 itu memebuat pernyataan melalui pesan berantai di Whatsapp yang beredar di kalangan wartawan bahwa, yang pantas dilaporkan ke KPK bukan Anies Baswedan melain dirinya sendiri. Dengan tegas, penyair yang akrab disapa GM itu menyampaikan, dirinya tidak sedang hendak pasang badan buat Anies, melainkan semata-mata demi keadilan.

Baca Juga:  Ikatan Alumni Dayah Abu Lam U Gelar Buka Puasa Bersama

“Saya adalah Ketua Komite Nasional untuk acara besar selama 2014-2015 di Frankfurt, Leipzig, Bologna dan London itu. Maka jika ada yang perlu dilaporkan ke KPK, itu adalah saya, bukan Anies Baswedan. Bukan karena saya mau pasang badan buat Anies, yang bukan pilihan saya untuk pilkada kali ini. Tapi karena tak adil bagi dia,” kata GM di Jakarta, Jumat (10/3/2016) sore.

Anies Sendiri setelah dimintai konfirmasinya oleh redaksi kumparan.com terkait laporan Andar menjawab santai. Menurut Anies, laporan atas dirinya tidak lepas dari momentum Pilgub DKI 2017.

Disamping itu, Tim pemenangan Anies-Sandi melalui laman resminya membuat pernyataan bahwa Anggaran sebesar Rp 147 M untuk Frankfurt Book Fair 2015 tersebut sudah ditetapkan sebelum Anies Baswedan menjabat Mendikbud. Terkait penjelasan lengkapnya, timses Anies-Sandi mencantumkan wawancara Tempo dengan GM pada 31 Oktober tahun 2015 silam. Dalam wawancaranya, GM menyampaikan banyak hal termasuk juga soal anggaran, bahkan hingga biaya sewa paviliun yang menghabiskan dana sekitar Rp 19 miliar.

Baca Juga:  Pemdes Jaddung Salurkan Bansos Beras 10 kg untuk 983 KPM Guna Meringankan Beban Ekonomi

Lantas bagaimana dengan penjelasan Goenawan Mohamad soal pendanaan Frankfurt Book Fair pasca Anies dilaporkan. Berikut penjelasan lengkapnya:

Soal Frankfurt Book Fair Hari-hari ini, saya dengar ada orang yang melaporkan Anies Baswedan ke KPK dengan tuduhan korupsi ketika Indonesia hadir sebagai “negeri kehormatan” di Frankfurt International Book Fair. Saya adalah Ketua Komite Nasional untuk acara besar selama 2014-2015 di Frankfurt, Leipzig, Bologna dan London itu.

Maka jika ada yang perlu dilaporkan ke KPK, itu adalah saya, bukan Anies Baswedan. Bukan karena saya mau pasang badan buat Anies, yang bukan pilihan saya untuk pilkada kali ini. Tapi karena tak adil bagi dia.

Keputusan Indonesia untuk bersedia diminta jadi “negeri kehormatan” ditandatangani bukan oleh Anies Baswedan, melainkan oleh Menteri sebelumnya, Moh. Nuh. Juga besarnya anggaran disiapkan dan diajukan di masa Moh. Nuh. Anies melanjutkan agenda ini, dan saya senang bekerja bersama dia: saya memimpin team profesional, dia aparat Kementerian.

Baca Juga:  Gandeng Madani Institute Singapura, UNIDA Gontor Gelar Pengabdian Kolaborasi Internasional

Hasilnya bisa dilihat dari kesaksian dan liputan media terkemuka Jerman. Bahwa sampai ada orang melapor hal ini, tanpa menelaah kejadiannya lebih dulu, membuat saya sedih dengan pilkada ini. Siasat fitnah dan kabar bohong yang dulu diarahkan ke Capres Jokowi kini ditujukan ke Anies — dan sebelumnya ke Ahok, yang karena fitnah harus diproses di pengadilan. Bahkan hari ini Ahok difitnah ikut terima suap dalam kasus E-KTP. Saya sedih dengan pilkada ini.

Begitu banyak kebencian dilontarkan, tak mau tahu bahwa ini hanya cara memilih orang yang kita kontrak untuk mengurus kota selama paling lama lima tahun. Jika fitnah dan kebencian diteruskan, apa lagi dengan mengobarkan sentimen agama dan etnis, sehabis ini kehidupan politik macam apa yang akan menyertai kita? Luka hati. Perpanjangan saling curiga. Dan kepercayaan yang rusak berat kepada proses demokrasi.

Goenawan Mohamad

Penulis: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 248