Panglima Besar Jenderal Soedirman selalu berpesan kepada para prajurit agar senantiasa memenangkan hati dan pikiran rakyat dalam melawan penjajah Belanda. Makna pesan ini sangat efektif dari masa ke masa artinya tentara dan rakyat harus bersatu dalam mempertahankan negara.
Oleh: Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin
Negara kita yang merdeka karena diperjuangkan dengan cucuran darah dan keringat dari para pahlawan dan pendahulu kita yang telah mewujudkan “kecerdasan yang brilian” seperti yang ditunjukkan dalam rumusan Mukadimah UUD 1945. Makna yang tertuang di dalam mukadimah itu begitu visioner dan aplikatif dari masa ke masa, menembus semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sekarang ini kita sedang melihat bagaimana para politisi sedang memperjuangkan demokrasi yang mereka yakini. Dalam Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat untuk membahas Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah, masing-masing anggota DPR menyampaikan pembenaran atas sikapnya agar bisa mencapai tujuan politik yang diinginkan.
Saya tidak ingin masuk kepada siapa yang benar dan siapa salah. Juga tidak berniat untuk mengomentari siapa yang menang dan siapa yang kalah. Hanya saja jika kita berkaca bagaimana para Bapak Bangsa dalam memperdebatkan tentang arah perjalanan bangsa dan negara ini ke depan, kita pantas kagum akan sikap kenegarawanan para pendiri negara ini.
Tidak ada sedikit pun niatan hati yang bengkok ketika mereka menyampaikan pandangannya. Semua berangkat dari pikiran yang jernih demi kepentingan bangsa dan negara ini. Tidak usah heran apabila isu paling krusial tentang isu agama sekali pun bisa mereka selesaikan dengan cara yang elegan.
Semua itu berangkat dari sikap dan kekayaan intelektual yang mereka miliki. Meski tidak hidup di era teknologi informasi yang canggih, wawasan mereka begitu luas untuk bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di belahan bumi yang lain. Mereka mampu mengelola kekayaan intelektual itu dengan baik dan menyampaikannya dengan bahasa yang santun dan terukur, sehingga mampu mengajak semua mau melangkah kepada tujuan yang sama membangun sebuah Indonesia yang merdeka sebagai jembatan menuju terbentuknya masyarakat yang adil dan makmur.
Konteks pertahanan
Saya ingin menggunakan pengalaman yang dulu dipergunakan para Bapak Bangsa itu di dalam mengelola sistem pertahanan. Kita membutuhkan Defence Intellectual Management (DIM) dalam membangun sebuah kemampuan sistem pertahanan yang bisa melindungi segenap kehidupan warga bangsa ini.
Adalah hak dan kewajiban setiap warga negara ikut serta dalam pembelaan negara untuk mewujudkan negara yang majemuk dan luas serta kaya ini terjaga, maju, sejahtera, dan cerdas kehidupannya. Tentu sebagai negara kebangsaan, kita harus mampu hidup bermartabat dan bisa menempatkan diri berdampingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Era globalisasi yang cenderung tanpa batas ditandai kemajuan komunikasi dan informasi serta pengetahuan dan teknologi, yang sudah pasti memengaruhi tata nilai dan pola penyelenggaraan pertahanan negara untuk menghadapi ancaman multidimensional yang kompleks. Dengan perkataan lain kita perlu memiliki kualitas kemampuan pertahanan yang unggul untuk menekan eskalasi ancaman.
Defence Intellectual Management merupakan suatu resultan dari kualitas praktis dan akademis yang diterapkan dalam interaksi kepemimpinan dan manajemen untuk membangun kekuatan pertahanan dalam merespons ancaman dan tantangan multidimensional.
DIM memang dimulai dari panggilan hak dan kewajiban pembelaan negara bagi setiap warga dari semua aspek profesi baik militer maupun nirmiliter. Tetapi sebenarnya DIM juga merupakan tuntutan fenomena profesional yang harus ditumbuh kembangkan agar dia menghasilkan adrenalin yang cukup pada saat diperlukan untuk mengatasi suatu permasalahan. Maka DIM menjadi semacam cairan solusi, yang seketika tanpa perlu mencari referensi atau membuka kamus ketika hendak menangani masalah.
DIM bukan institusional tetapi individual capability yang berbasis profesionalitas yang sarat dengan tantangan kemauan dan kesanggupan individual yang dibentuk melalui tiga koridor membangun DIM. Tiga koridor itu ialah koridor pendidikan dan pelatihan formal, beragam pengalaman kegiatan dan akses pekerjaan, serta kemampuan pengembangan diri. Inilah yang membentuk modalitas yang berharga bagi kemampuan individu. Seorang profesional harus memiliki sikap pantang menyerah walaupun dia harus siap menghadapi dinamika pasang surut sepahit apapun dan tidak akan punah menghadapi tekanan seberat apapun.
Permasalahan negara yang cenderung kompleks dan eskalatif tidak cukup dihadapi dengan alat utama sistem persenjataan modern dan organisasi militer canggih, tetapi membutuhkan kemampuan DIM yang dikelola dalam kepemimpinan dan manajemen yang multiguna. Mengapa? Karena kita tidak boleh terkecoh dengan istilah “perang modern“ yang bertumpu kepada berbagai ragam kecanggihan, tetapi akhirnya makna “The man behind the gun” yang penuh dengan adrenalin yang berkualitas itulah tumpuan dari solusi permasalahan yang sebenarnya.
DIM adalah ibarat mengumpulkan jam terbang yang harus dijalani sendiri, bahkan pencapaian kualitas DIM didapatkan dari perjuangan melintas perjalanan jauh untuk memperoleh suatu pengalaman yang berharga itu. Semakin sering mengalami intensitas penanganan masalah yang kita hadapi, maka akan lebih tajam pisau analisis dan keputusan yang kita miliki. Inilah tantangan yang perlu dijawab bagi generasi penerus pertahanan negara sebagai role model yang produktif untuk pembelaan negara masa kini dan masa depan.
Ada harapan yang sangat besar dari generasi penerus untuk terpanggil melakukan hal produktif dalam bela negara dengan menunjukkan kompetensi profesionalitasnya. Kita harus menjadi garda terdepan sekaligus motor penggerak dalam mewujudkan gerakan nasional bela negara. Di samping itu sebagai agen perubahan dalam membangun daya tangkal, generasi penerus harus mampu mempertahankan nilai-nilai karakter dan jatidiri bangsa dengan selalu kreatif dan inovatif menyebarluaskan nilai bela negara untuk bangsa seraya memahami perubahan tatanan dunia baru.
Itulah Defence Intellectual Management yang harus kita pahami juga sebagai suatu upaya untuk terus meningkatkan capacity building dari masing-masing pribadi kita.[]